Ahad 17 Feb 2019 17:07 WIB

Maduro: Kudeta yang Diinisiasi AS Gagal

Maduro menyerukan dialog dengan oposisi untuk menyelesaikan krisis Venezuela.

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Gita Amanda
Nicolas Maduro
Foto: EPA-EFE/Miguel Gutierrez
Nicolas Maduro

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan, kudeta yang menurutnya diinisiasi oleh Washington telah gagal. Maduro pun menyerukan dialog dengan oposisi untuk memahami dan menghormati dalam penyelesaian krisis di negara kaya minyak.

"Gedung Putih menemui jalan buntu. Kudeta gagal," kata Maduro pada perayaan peringatan 200 tahun pidato Angostura Simon Bolivar di negara bagian Bolivar tenggara pada Jumat (15/2) waktu setempat.

Baca Juga

Maduro juga menuduh AS sebab mencegah dialog politik dengan pihak oposisi. Dia pun menegaskan hal tersebut merupakan kesalahan besar yang dilakukan Presiden AS Donald Trump.

"Kekaisaran Yankee telah menggunakan kekuatan politik, diplomatik dan ekonomi untuk mencoba memaksakan pemerintahan boneka melalui kudeta yang berkelanjutan," kata Maduro.

Maduro mengatakan, Venezuela menerima 933 ton obat-obatan dan pasokan medis dari Rusia, Cina dan Kuba, pada Kamis (15/2). Bantuan tersebut dibayar, kata dia, untuk menekankan bahwa Venezuela bukan pengemis.

"Kondisi ekonomi kami akan membaik," kata Maduro seperti dilansir Anadolu Agency.

Maduro berbicara pada acara yang menandai ulang tahun Bolivar, yang memimpin gerakan kemerdekaan melawan pemerintahan Spanyol di Amerika Latin. Acara tersebut dihadiri oleh anggota Kabinet, istri Maduro, Cilia Flores, dan pejabat militer.

Seperti diketahui, Venezuela telah diguncang oleh protes sejak 10 Januari 2019 ketika Maduro dilantik kembali untuk masa jabatan kedua setelah pemungutan suara yang diboikot oleh oposisi Mei 2018.

Ketegangan semakin meningkat ketika pemimpin opoisisi dari Majelis Nasional, Juan Guaido mengukuhkan dirinya sebagai presiden sementara pada 23 Januari 2019. Pengukuhannya pun didukung oleh AS dan banyak negara Eropa dan Amerika Latin. Sementara Rusia, Turki, Cina, Iran, Bolivia, dan Meksiko lebih mementingkan Maduro.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement