Selasa 02 Apr 2019 14:14 WIB

20 Tahun Berkuasa, Presiden Aljazair akan Mundur 28 April

Demonstran mengatakan mundurnya Bouteflika saja tidak cukup.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Demonstran dan polisi antihuru-hara dalam protes menuntut lengsernya Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika di Aljir, Aljazair, 29 Maret 2019.
Foto: AP Photo/Fateh Guidoum
Demonstran dan polisi antihuru-hara dalam protes menuntut lengsernya Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika di Aljir, Aljazair, 29 Maret 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, ALJIR -- Kantor pemerintahan Aljazair menyatakan Presiden, Abdelaziz Bouteflika akan mengundurkan diri sebelum masa jabatannya yang keempat berakhir pada 28 April usai 20 tahun menjabat. Langkah ini diambil setelah adanya protes besar-besaran di negara tersebut.

     

Baca Juga

Presiden akan mengambil langkah-langkah untuk memastikan institusi negara terus berfungsi selama masa transisi. Di samping itu, jutaan warga Aljazair telah mengadakan protes di seluruh negara yang menyerukan agar pria berusia 82 tahun itu mundur. Dia jarang terlihat di depan umum sejak menderita strok pada 2013.

Dia awalnya menyatakan pencalonannya untuk masa jabatan kelima. Akan tetapi pada 11 Maret menarik pernyataan tersebut dan menunda pemilihan yang awalnya dijadwalkan 18 April.

Meskipun Bouteflika mengundurkan diri, mahasiswa Aljazair di jejaring sosial menyerukan protes besar yang akan diadakan pada Selasa di ibu kota dan seluruh negara. Seorang anggota serikat mahasiswa di Aljir, Mohamed mengatakan, mundurnya Bouteflika saja tidak cukup.

"Itu tidak mengubah apa pun. Dia akan pergi tetapi rezim yang sama, yang telah memerintah Aljazair sejak 1962 dan kemerdekaannya, akan tetap tinggal jika kita tidak terus memprotes. Yang kami inginkan bukan hanya Abdelaziz Bouteflika yang mundur, tetapi kami juga menginginkan terciptanya sistem politik baru," katanya dilansir di Aljazirah, Selasa (2/4).

Demikian juga seorang insinyur komputer, Amel. Dia mengatakan tidak puas dengan keputusan Bouteflika.

"Dia hanya puncak gunung es. Elite yang berkuasa, yang berpegang teguh pada kekuasaan, sedang mencoba mengalihkan perhatian kita dengan pengunduran diri Presiden. Tetapi kita tidak tertipu," kata Amel.

photo
Abdelaziz Bouteflika

Sementara seorang mahasiswa sarjana di Sekolah Arsitektur Aljir, Amina mengungkapkan, ia akan mengambil bagian dalam pertemuan melawan pemerintah. Amina menggambarkan pengumuman terakhir Bouteflika hanya sebagai kemenangan kecil.

"Ini adalah langkah pertama tetapi ini bukan tujuan akhir kami. Kami tidak akan berhasil jika Bouteflika mengundurkan diri sementara penjaga lama tetap pergi setelah 28 April. Mereka semua harus pergi. Sekarang lebih dari sebelumnya, kami harus tetap bersatu dan menunjukkan dengan damai menentang rezim," ucap Amina.

Langkah itu dilakukan setelah panglima militer Aljazair mengusulkan meluncurkan prosedur konstitusional agar Bouteflika dinyatakan tidak layak menjabat. Usulan itu memicu ketegangan antara tentara dan lingkaran dalam presiden.

Dewan Konstitusi telah mengadakan pertemuan untuk mempertimbangkan apakah dia dapat dicopot dari jabatannya karena dia tidak layak untuk menjalankan tugasnya. Di bawah pasal 102 konstitusi, dewan dapat membuat tekad itu sambil menunggu persetujuan parlemen.

Konstitusi Aljazair menyerukan agar ketua majelis tinggi parlemen bertindak sebagai pemimpin sementara selama maksimal 90 hari, sementara pemilihan umum diselenggarakan. Televisi nasional Aljazair mengumumkan pada Ahad malam, Bouteflika dan Perdana Menteri Noureddine Bedoui telah menunjuk pemerintah baru setelah beberapa pekan protes massal, dan ketegangan politik di negara Afrika Utara ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement