Rabu 10 Apr 2019 06:31 WIB

Demonstran di Sudan Makan Korban, 20 Orang Tewas

Pemimpin oposisi mengatakan demonstran tewas diserang pria bertopeng.

Tentara Sudan berpatroli sementara demonstran melakukan aksinya di dekat gedung Kementerian Pertahanan di Khartoum, Sudan, Selasa (9/4).
Foto: AP Photo
Tentara Sudan berpatroli sementara demonstran melakukan aksinya di dekat gedung Kementerian Pertahanan di Khartoum, Sudan, Selasa (9/4).

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Sekitar 20 orang tewas dan puluhan luka-luka akibat serangan tiap fajar sejak Sabtu lalu. Pemimpin partai oposisi Sadiq al-Mahdi mengatakan para demonstran tewas oleh pria-pria bersenjata bertopeng.

Pria bertopeng tersebut menyerang pengunjuk rasa di luar kompleks Kementerian Pertahanan Sudan di Khartoum, Selasa (9/4). Al-Mahdi juga menyerukan penyerahan kekuasaan kepada komando militer terseleksi berunding dengan wakil rakyat guna membangun sistem baru untuk mencapai perdamaian dan demokrasi.

Baca Juga

Suara tembakan gencar terdengar saat protes berlangsung di luar gedung Kementerian pertahanan di Khartoum, ibu kota Sudan, Selasa. Tayangan langsung televisi Hadath, sebagaimana dilaporkan Reuters memperlihatkan pasukan keamanan berusaha membubarkan pemrotes dengan menggunakan kekerasan.

Beberapa pegiat juga mengatakan di dalam satu pernyataan yang disiarkan di media sosial bahwa tentara yang menjaga Kementerian Pertahanan berusaha menghalangi demonstran. Pasukan keamanan Sudan pada Senin dilaporkan berupaya membubarkan protes oleh ribuan demonstran anti-pemerintah yang bermalam di depan gedung Kementerian Pertahanan di Khartoum.

Saksi mata mengatakan pasukan keamanan menembakkan gas air mata saat mendekati demonstran yang melakukan aksi duduk di jalan. Para demonstran bermalam selama dua hari di depan gedung Kementerian Pertahanan. Tindakan itu dilakukan sebagai bagian dari upaya mereka terus menekan Presiden Omar al-Bashir agar segera mundur setelah hampir 30 tahun berkuasa.

Sebelumnya, upaya pasukan keamanan membubarkan demonstran gagal. Kemarahan publik terhadap kenaikan harga roti dan kurangnya persediaan uang tunai memicu aksi protes sejak Desember lalu.

Namun aksi tersebut berubah menjadi aksi protes terhadap pemerintahan al-Bashir. Al-Bashir mengakui demonstran memiliki tuntutan yang sah, namun ia juga mengatakan cara menyelesaikan tuntutan tersebut adalah melalui jalan damai dan pemungutan suara.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement