Rabu 01 May 2019 06:49 WIB

Peristiwa Penting Sepanjang Hidup Akihito

Akihito turun takhta di usia 85 tahun.

Kaisar Jepang Akihito setelah menyelesaikan ritual turun takhta setelah tiga dekade berkuasa di Istana Kekaisaran di Tokyo, Selasa (30/4).
Foto: Japan Pool via AP
Kaisar Jepang Akihito setelah menyelesaikan ritual turun takhta setelah tiga dekade berkuasa di Istana Kekaisaran di Tokyo, Selasa (30/4).

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Kaisar Akihito yang berusia 85 tahun mundur dari kekuasaan pada 30 April 2019. Pengunduran itu menjadikannya sebagai kaisar Jepang pertama yang menyerahkan takhtanya dalam hampir 200 tahun. Putranya, Putra Mahkota Naruhito, akan mewarisi takhta sang ayah keesokan harinya.

Berikut peristiwa penting sepanjang hidup Akihito.

Baca Juga

15 Agustus 1945 - Akihito, yang pada saat itu berusia 11 tahun dievakuasi dari Tokyo ke daerah pegunungan, mendengar sang ayah, Kaisar Hirohito, mengumumkan Jepang menyerah mengakhiri Perang Dunia II. Pada November ia kembali ke Tokyo yang hancur akibat bom AS.

10 November 1952 - Akihito secara resmi dinobatkan sebagai putra mahkota dalam upacara di Istana Kekaisaran di Tokyo.

Juni 1953 - Sebagai putra mahkota, Akihito menghadiri pemahkotaan Ratu Inggris Elizabeth.

Agustus 1957 - Putra Mahkota Akihito bertemu Michiko Shoda, putri seorang industrialis di sebuah turnamen tenis di resor Karuizawa.

10 April 1959 - Akihito menikahi Michiko Shoda, rakyat jelata pertama yang menikah dengan pewaris takhta Jepang.

17 Juli 1975 - Akihito bersama Michiko mengunjungi Okinawa, medan pertempuran sengit dalam beberapa bulan terakhir Perang Dunia II. Sebuah bom dilemparkan ke arah mereka, saat keduanya meletakkan bunga di sebuah peringatan. Pasangan kerajaan tersebut tidak mengalami luka.

7 Januari 1989 - Wafatnya ayah Akihito, Kaisar Hirohito (yang dikenal secara anumerta sebagai Kaisar Showa). Namanya digunakan oleh pasukan Jepang untuk bertempur saat Perang Dunia II. Akihito menjadi Kaisar.

12 November 1990 - Akihito naik ke Takhta Seruni dalam acara penobatan pertama yang disiarkan melalui televisi.

24 Mei 1990 - Akihito menyatakan penyesalan mendalam atas penderitaan rakyat Korea yang disebabkan penjajahan Jepang di semenanjung Korea dan perang selama periode 1910-1945.

photo
Kaisar Jepang Akihito (kiri) bersama Permaisuri Michiko (kedua dari kiri) dan putranya Pangeran Naruhito (kedua dari kanan) beserta istri Putri Mahkota Masako (kanan) tiba untuk upacara turun takhta di Imperial Palace, Tokyo, Selasa (30/4).

23 Oktober 1992 - Akihito merupakan raja modern pertama Jepang yang berkunjung ke Cina. Kelompok sayap kanan menentang kunjungan tersebut. Pegiat Cina menuntut permohonan maaf. Kaisar menyatakan kesedihan mendalam atas tindakan negaranya terhadap rakyat Cina.

23 April 1993 - Akihito kembali mengunjungi Okinawa. Ia menjadi kaisar Jepang pertama yang melakukan perjalanan ke pulau selatan.

31 Januari 1995 - Akihito dan Michiko mengunjungi Kota Kobe pascagempa besar. Kunjungan ini merupakan terobosan dalam tradisi konservatif. Mereka berlutut untuk berbincang dengan para penyintas.

26 Mei 1998 - Akihito bertolak ke Inggris. Ia berbicara di sebuah perjamuan yang disambut oleh Ratu Elizabeth meski mendapat protes dari mantan tahanan perang Inggris.

27 Januari 2005 - Akihito dan Michiko mengunjungi situs pertempuran di wilayah Saipan AS untuk mendoakan perdamaian.

16 Maret 2011 - Akihito menyampaikan pidato yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ia mendesak masyarakat saling membantu setelah bencana gempa, tsunami dan krisis nuklir pada 11 Maret.

15 Agustus 2015 - Pada peringatan 70 tahun kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, Akihito menyatakan penyesalan mendalam atas perang tersebut. Kaum liberal dan konservatif moderat melihatnya sebagai teguran halus untuk Perdana Menteri Shinzo Abe yang kurang peka untuk meminta maaf.

8 Agustus 2016 - Dalam pidato, Akihito mengatakan ia khawatir usia akan mempersulit dirinya menjalankan tugas secara penuh. Pernyataan ini dianggap sebagai sinyal dirinya ingin menyerahkan takhta.

24 Februari 2019 - Akihito memperingati 30 tahun berkuasa dengan menyeru Jepang agar membuka dan menjalin hubungan yang tulus dengan dunia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement