Selasa 14 May 2019 22:55 WIB

Sebut China Pelanggan, PM Australia Dikecam

Netizen China meradang pasca-PM Australia Scott Morrison menyebut China pelanggan.

Red:
abc news, china, australia
abc news, china, australia

Netizen China meradang pasca-Perdana Menteri Australia Scott Morrison menggambarkan Amerika Serikat sebagai "teman" sementara menyebut China sebagai "pelanggan".

Pasang surut bilateral Australia - China:

  • Hubungan politik Australia dengan China telah memburuk dalam dua tahun terakhir
  • Beijing dituduh berusaha ikut campur dalam politik Australia
  • Media pemerintah China mengatakan bahwa kekhawatiran Australia terhadap pengaruh Beijing disebabkan oleh rasa "kurang percaya diri"

 

Pernyataan PM Scott Morrison ini menuai kecaman pada Senin (13/5/2019). Dia menggunakan kata-kata tersebut untuk menjelaskan keyakinannya bahwa Australia akan dapat mempertahankan hubungan dengan Beijing dan Washington di tengah ketegangan perdagangan yang berlangsung antara kedua kekuatan besar dunia tersebut.

"Anda tidak harus memihak pada situasi seperti ini. Anda tidak harus meninggalkan hubungan yang Anda miliki," kata PM Scott Morrison dalam event kampanye di Sydney.

"Anda mendukung teman-temanmu dan juga mendukung pelangganmu."

Sebagai mitra dagang terbesar, industri ekspor Australia tentu saja sangat bergantung pada China, tetapi hubungan politik antara kedua negara ini telah mengalami pasang surut sepanjang dua tahun terakhir, dimana Beijing menghadapi tuduhan atas sejumlah percobaan untuk mengintervensi politik dalam negeri Australia.

 

Salah satu pengguna aplikasi berbahasa Mandarin Tencent News, yang paling banyak digunakan di China, menilai bahwa "Australia selalu berada di pihak Amerika".

"Sekarang musim pemilu dan dia membuat keributan lagi," kata netizen lain di situs yang sama.

Di sebuah forum online Australia-China, OurSteps, beberapa orang tetap mendukung PM Scott Morrison dan menilai komentarnya "cukup benar" dan "tepat".

Tetapi mayoritas menentang pendapat PM Scott Morrison, dimana salah satu netizen menyatakan pernyataan Scott Morrison tersebut dapat mempengaruhi pilihan mereka pada hari Sabtu (18/5/2019) mendatang.

"Awalnya saya berpikir untuk memilih Partai Liberal, sekarang saya ragu," kata mereka.

Seorang netizen yang lain berkomentar "kita lihat saja apa yang akan terjadi minggu depan" karena pada saat itu PeM Scott Morrison sudah akan "hengkang' dari jabatannya.

Politisi lain tidak sepakat

 

Sementara itu pemimpin oposisi, Bill Shorten langsung membantah komentar PM Scott Morrison tersebut dengan mengatakan bahwa Australia dan AS adalah sekutu lama, tetapi itu tidak berarti China harus dipinggirkan.

"Saya tidak memandang China, Jepang, Korea atau Indonesia hanya sebagai pelanggan. Saya melihat mereka sebagai masyarakat yang sangat kompleks dan dinamis," kata Bill Shorten kepada wartawan di Gosford.

"Saya melihat sebuah hubungan yang jauh lebih khusus daripada memandang China hanya sebagai semacam pelanggan yang melewati layanan pesan dari kendaraan di sebuah gerai waralaba di Australia dan berkata, 'Anda ingin pesan apa?'."

Seperti diketahui AS telah memberlakukan tarif cukai sebesar $ 200 miliar pada China setelah kedua negara gagal menyepakati perjanjian perdagangan bilateral.

Mantan menteri luar negeri Australia, Julie Bishop juga tidak sependapat dengan komentar pemimpin partainya dengan mengatakan "Pandangan saya terhadap China sama sekali tidak demikian".

 

"Saya kira hubungan Australia dengan China adalah hubungan yang mendalam dan saling menghormati," katanya kepada wartawan di Perth.

"Kami adalah mitra. Kami adalah mitra dagang. Kami telah bekerja bersama dalam berbagai bidang.

"Jadi, hubungannya itu setara."

Kontroversi ini muncul sehari setelah media plat merah di China, Global Times, menerbitkan editorial yang mengaitkan kekhawatiran di Australia tentang terus meluasnya pengaruh China dengan "kurangnya kepercayaan" pada sistem demokrasi karena "lingkungan politik Australia yang tidak stabil dan respons pemerintah yang tidak efektif terhadap tantangan sosial ekonomi yang berlangsung dalam beberapa tahun terakhir".

"Tidak peduli berapa banyak sudah Washington menunjukkan sikapnya yang otoriter, sebagian warga Australia sama sekali tidak khawatir tentang AS," kata Global Times.

"Tetapi jika berkaitan dengan China, mereka mulai merasa tidak nyaman ketika Beijing menunjukan pengaruhnya. Ini mencerminkan kurangnya kepercayaan diri mereka."

ABC/wires

Simak beritanya dalam bahasa Inggris disini.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement