REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN — Iran membalas arogansi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif menegaskan agar pemimpin Negeri Paman Sam tersebut menghormati Iran dalam setiap ucapannya.
Iran tak ingin, konfrontasi Trump menyulut konflik bersenjata kedua negara. “Jangan pernah mengancam Iran. Coba belajar untuk menghormati,” begitu kata Javad Zarif lewat akun twitter yang dikutip Reuters, Selasa (21/5).
Cuitan tersebut, sebetulnya balasan Iran atas ungkapan arogansi Trump yang juga dikoarkan lewat akun twitter Presiden AS tersebut. Pada Ahad (19/5), Trump lewat cuitannya mengatakan, AS akan menghapus Iran dari peta Bumi, jika coba-coba berkonfrontasi.
“Jika Iran ingin pertarungan, itu akan menjadi akhir resmi dari Iran. Jangan pernah mengancam Amerika,” begitu cuitan Trump.
Ucapan Trump lewat akun media sosialnya itu, menjadi membuka perselisihan baru antara AS dan Iran yang di era Presiden AS Barrack Obama, mencapai kesepakatan perdamaian lewat perjanjian anti-nuklir di PBB yang digagas antara 2013 sampai 2015.
Perselisihan baru antara AS dan Iran kali ini, pun terkait dengan perjanjian anti-nuklir tersebut. Baru-baru ini, Presien Trump menghentikan kesepakatan nuklir dengan Iran.
Kesepakatan tersebut berakhir setelah Trump meyakini Iran berusaha untuk kembali memperkuat persenjataan. Trump pun mengancam akan kembali memberikan sanksi ekonomi baru kepada negara Syiah tersebut.
Ancaman Trump itu semakin kencang setelah militer AS, mengirim pesawat pengebom B-52 ke wilayah Timur Tengah. Pengiriman pesawat pengebom tersebut, sebagai ancaman bagi Iran.