Kamis 20 Apr 2023 17:06 WIB

Kapal Drone AS Berlayar Pertama Kali di Selat Hormuz, Picu Ketegangan dengan Iran

Selat Hormuz adalah jalur yang sangat penting bagi pasokan energi global.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
File foto lokasi jatuhnya drone AS RQ-4A Global Hawk yang ditembak Iran di Selat Hormuz pada 20 Juni 2019.
Foto: U.S. Central Command via AP
File foto lokasi jatuhnya drone AS RQ-4A Global Hawk yang ditembak Iran di Selat Hormuz pada 20 Juni 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) berlayar dengan kapal drone pertamanya melalui Selat Hormuz yang strategis pada hari Rabu (19/4/2023). Jalur selat ini merupakan sebuah jalur pelayaran yang sangat penting bagi pasokan energi global di mana para pelaut Amerika sering menghadapi pertemuan yang menegangkan dengan pasukan Iran.

Perjalanan dengan L3 Harris Arabian Fox MAST-13, sebuah speedboat sepanjang 13 meter (41 kaki) yang membawa sensor dan kamera, menarik perhatian Garda Revolusi Iran, tetapi berlangsung tanpa insiden, kata juru bicara Angkatan Laut, Laksamana Muda Timothy Hawkins. Dua kapal cutter Pasukan Penjaga Pantai AS, USCGC Charles Moulthrope dan USCGC John Scheuerman, menemani pesawat tak berawak itu.

Baca Juga

Perjalanan tersebut membuat drone tersebut dengan aman melintas bersama kapal-kapal yang menyertainya melalui selat tersebut, sebuah jalur perairan yang sibuk antara Iran dan Oman yang paling sempit hanya selebar 33 kilometer (21 mil). Seperlima dari seluruh minyak yang diperdagangkan melewati selat tersebut, yang menghubungkan Teluk Persia ke Teluk Oman.

"Pihak Iran mengamati kapal permukaan tak berawak yang transit di selat tersebut sesuai dengan hukum internasional," kata Hawkins kepada The Associated Press, Kamis (20/4/2023).

Dia mengatakan bahwa sebuah pesawat tak berawak Iran dan setidaknya satu kapal serang cepat kelas Houdong yang dioperasikan oleh Garda Revolusi paramiliter Iran mengamati pesawat tak berawak MAST-13. Armada ke-5 Angkatan Laut AS yang berbasis di Bahrain berpatroli di perairan Timur Tengah, khususnya Teluk Persia dan Selat Hormuz.

Patroli kapal Drone AS ini, untuk menjaga agar jalur perairan tetap terbuka bagi perdagangan internasional, serta melindungi kepentingan dan sekutu Amerika. Namun, Iran memandang kehadiran Angkatan Laut sebagai penghinaan, membandingkannya dengan pasukannya yang melakukan patroli di Teluk Meksiko.

Kantor berita pemerintah Iran, IRNA, mengakui perjalanan pesawat tak berawak tersebut, mengutip AP. Misi Iran untuk PBB tidak menanggapi permintaan komentar.

Armada ke-5 meluncurkan gugus tugas drone khusus tahun lalu, yang bertujuan untuk memiliki armada yang terdiri dari sekitar 100 drone tak berawak, baik yang berlayar maupun kapal selam, yang beroperasi di wilayah tersebut bersama sekutu-sekutu Amerika.

Iran secara singkat menyita beberapa pesawat tak berawak Amerika yang sedang diuji coba di wilayah tersebut pada akhir Agustus dan awal September, meskipun tidak ada insiden serupa sejak saat itu.

MAST-13 saat ini beroperasi di Teluk Oman, di mana perang bayangan maritim telah terjadi ketika tanker-tanker minyak telah disita oleh pasukan Iran dan ledakan-ledakan yang mencurigakan telah menghantam kapal-kapal di wilayah tersebut, termasuk kapal-kapal yang terkait dengan perusahaan-perusahaan Israel dan Barat.

Iran membantah terlibat dalam ledakan-ledakan tersebut, meskipun ada bukti-bukti dari Barat yang menyatakan sebaliknya. "Umpan video MAST-13 dapat mengirimkan gambar kembali ke pantai dan ke kapal-kapal di laut, membantu para pelaut melihat kapal-kapal sebelum mendekatinya," kata Hawkins.

Hal itu dapat berguna, terutama karena Angkatan Laut dan sekutu Barat semakin sering menyita senjata yang diyakini berasal dari Iran menuju Yaman. "Ini membuat lebih banyak mata yang mengawasi perairan, memungkinkan kami untuk memantau apa yang terjadi dengan lebih baik," kata Hawkins.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement