REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kepala Dewan Transisi Militer Sudan (TMC) Abdel Fattah al-Burhan melakukan kunjungan ke Ibu Kota Kairo, Mesir, Ahad (26/5). Ini adalah perjalanan pertama yang dilakukan olehnya sejak mengambil alih kekuasaan pada April lalu.
Dilansir di CGTN, kunjungan al-Burhan ke Mesir dilakukan setelah para pemimpin aksi protes di Sudan mengumumkan akan melakukan pemogokan selama dua hari mulai Selasa (28/5) besok. Sebelumnya, pembicaraan antara TMC dan oposisi mengenai struktur kepemimpinan utama dalam pemerintahan transisi ditunda.
Dalam sebuah laporan Aliansi untuk Kebebasan dan Perubahan sebagai oposisi telah bertentangan dengan para jenderal dalam TMC untuk menentukan pimpinan pemerintahan. Perdebatan apakah sipil atau militer yang memegang jabatan tertinggi di Sudan dikatakan masih terjadi.
Sebelumnya, gelombang demonstrasi nasional yang tak kunjung usai dalam empat bulan terakhir telah membuat mantan presiden Omar al-Bashir harus mengundurkan diri dari jabatannya. Ia yang telah memimpin Sudan sejak 1989 melalui sebuah kudeta militer pernah mendapat tuntutan dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC) setelah aksinya mengerahkan pasukan militer di Darfur, Sudan Barat, di mana konflik berlangsung di wilayah itu sejak 2003.
Pascapengunduran diri al-Bashir, dibentuklah dewan tranisisi militer yang dikepalai Jenderal Ibn Auf, yang saat itu juga menjabat sebagai menteri pertahanan Sudan. Dia mengatakan bahwa dewan militer akan memimpin pemerintahan selama dua tahun. Selain itu, Ibn Auf memberlakukan jam malam dan memutuskan menangguhkan konstitusi.
Rakyat Sudan tak dapat menerima hal itu karena dianggap tak sejalan dengan semangat reformasi yang mereka suarakan. Di sisi lain, mereka memandang Ibn Auf sebagai tokoh yang memiliki kedekatan dengan al-Bashir. Rakyat Sudan pun melanjutkan aksi demonstrasinya. Mereka bersumpah tidak akan berhenti melakukan aksi protes hingga semua tuntutannya terpenuhi.
Gelombang desakan akhirnya membuat Ibn Auf memutuskan mundur dari posisinya sebagai kepala dewan transisi militer. Jabatan tersebut hanya dia emban selama sehari, kemudian diserahkan kepada al- Burhan. Saat ini, al-Burhan sedang berupaya memenuhi semua tuntutan rakyat Sudan, termasuk membersihkan pemerintahan dari tokoh-tokoh yang menjadi bagian dari rezim al-Bashir.
Meski demikian, rakyat Sudan terus menggelar aksi demonstrasi dan turun ke jalan-jalan di negara itu. Mereka tetap menuntut agar TMC segera mengadakan pemilihan presiden yang bebas dan menyerahkan kekuasaan terhadap pemerintah sipil yang terpilih.
Dalam sebuah pernyataan, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi yang juga memimpin Uni Afrika telah menyuarakan dukungan untuk TMC. Selain itu, dukungan untuk TMC juga datang dari negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA). Meski demikian, sejumlah negara-negara Barat telah meminta para jenderal Sudan untuk menyerahkan kekuasaan pada pemerintahan sipil.