REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mendesak Inggris untuk lebih berhati-hati dalam melibatkan raksasa teknologi Cina, Huawei dalam jaringan 5G yang baru. Peringatan ini disampaikan Trump di tengah makin memanasnya perang dagang antara AS dan China.
"Yah, Anda memiliki alternatif lain dan kami harus sangat berhati-hati dari sudut pandang keamanan nasional," kata Trump, dilansir dari Straits Times, Ahad (2/6).
"Anda tahu kami memiliki kelompok pengumpulan intelijen yang sangat penting, bahwa kami bekerja sangat erat dengan negara Anda (Inggris) dan karenanya Anda harus sangat berhati-hati," ucap Trump.
AS telah lama menyuarakan kecurigaan bahwa Huawei dikendalikan oleh pemerintah China, yang merupakan ancaman bagi keamanan global. Sementara tuduhan tersebut dibantah oleh perusahaan, dan Beijing.
Pemerintah Perdana Menteri Theresa May menegaskan belum ada keputusan tentang keterlibatan Huawei dalam membangun jaringan 5G di Inggris.
Di samping itu, Trump juga mengulangi kritik sebelumnya terhadap strategi May untuk membawa Inggris keluar dari Uni Eropa (UE). May akan mengundurkan diri dalam beberapa pekan mendatang karena kegagalannya memberikan Brexit yang tepat waktu.
Trump menyarankan penggantinya yang belum terpilih harus meninggalkan pembicaraan dengan blok, jika mereka tidak mendapatkan kesepakatan yang lebih baik.
"Saya akan pergi. Jika kamu tidak mendapatkan kesepakatan yang kamu inginkan, jika kamu tidak mendapatkan kesepakatan yang adil, maka kamu pergi," kata Trump.
Sementara itu, Trump pada Jumat menggunakan wawancara surat kabar lain untuk mendukung mantan menteri luar negeri, Boris Johnson untuk menggantikan May.
Di sisi lain, pemimpin Partai Buruh Oposisi Jeremy Corbyn memboikot perjamuan negara dengan Trump. Ia menyebutnya sebagai campur tangan yang sepenuhnya tidak dapat diterima dalam demokrasi negara.
Pada Sabtu, Trump menyarankan pendukung Brexit terkemuka lainnya, Nigel Farage, harus membantu bernegosiasi dengan Brussel.
Adapun Trump akan disambut ke London Senin (3/6) oleh Ratu Elizabeth II pada awal kunjungan kenegaraan tiga hari. Ini juga akan mencakup pembicaraan dengan May, dan upacara yang menandai 75 tahun D-day.