Seorang pengusaha yang mendanai dirinya sendiri dalam upaya untuk menjadi orang Singapura pertama yang mencapai tepi angkasa baru saja mengalami kegagalan setelah meluncurkan kapsulnya dari wilayah pedalaman Australia.
Poin utama:
• Quantum 1 milik Lim Seng menggunakan balon berketinggian lanjut untuk meluncurkan kapsul• Misi ini dibatalkan karena penurunan tekanan kapsul
• Saat mendarat, parasut menyeret kapsul melintasi padang pasir "selama satu jam"
Insinyur dan pengusaha Singapura bernama Lim Seng berusaha untuk melintasi garis Armstrong, istilah teknis untuk tepi angkasa yang terletak 20 kilometer di atas permukaan laut, pada 31 Mei.
Kapsul kontrol seberat 650 kilogram yang diberi nama Quantum 1, yang disebut perusahaan GoSpace sebagai kapsul ruang angkasa pertama Singapura, telah berhasil diluncurkan pada Jumat (31/5/2019) pagi dengan menggunakan jenis balon stratosfer berketinggian lanjut sama yang digunakan oleh NASA dan Rusia untuk mendorongnya ke atas.
Tetapi misi ini harus dibatalkan setelah lepas landas 19 menit pada ketinggian 24.000 kaki karena penurunan tekanan kapsul.
Meskipun upaya ini tak mencapai tujuannya, Lim bersumpah untuk kembali ke pedalaman Australia Tengah.
Diluncurkan di Australia Tengah
Lim memilih untuk meluncurkan kapsulnya di daerah Alice Springs karena padang pasirnya luas dan tanahnya datar, dan karena dukungan ahli dan teknisnya tersedia untuk melakukan percobaan berteknologi tinggi.
Seluruh proyek GoSpace ini telah dibiayai sendiri sepenuhnya oleh Lim dan mengandalkan tim relawan untuk peluncuran kapsul.
"Biasanya Anda membutuhkan 60 kru dan kami melakukannya pagi itu dengan sembilan orang," katanya.
Upaya untuk mencapai tepi angkasa telah berusaha dilakukan lebih dari lima tahun setelah masalah peralatan menggagalkan peluncuran yang dijadwalkan pertama kali pada tahun 2015 itu, dan kondisi cuaca yang buruk mengakibatkan upaya peluncuran gagal di tahun 2018.
Di tahun 2018 pulan, kapsul Quantum 1 sedianya diujicobakan oleh mantan pilot Angkatan Laut, tetapi tahun Lim memutuskan untuk mengemudikan misinya sedniri setelah masalah keselamatan diajukan oleh timnya.
"Setelah mendengar para insinyur dan pilot saya menilai bahwa - sama seperti hal lain, dan khususnya pergi ke luar angkasa - ada risiko yang akan terjadi. Dan melihat risiko itu, mereka tampak sangat menakutkan," katanya.
Lim mengatakan Pemerintah Wilayah Utara Australia telah mendukungnya, seperti halnya Otoritas Keselamatan Penerbangan Sipil dan AirServices Australia.
Mengatur peluncuran
Tim peluncuran berada di lokasi peluncuran dua jam lebih awal dari jam 6:00 pagi waktu setempat.
"Kami berjongkok di sana menunggu momen, yang diprediksi dengan baik tujuh hari ke depan," kata Lim.
"Lalu pada pukul 6:45 pagi kami meluncurkan balon stratosfer dan itu luar biasa karena merupakan tugas yang sangat sulit untuk dilakukan."
Peluncuran awal bukanlah lepas landas yang lancar, itu membuat kapsul rusak.
"Itu karena situasi yang sangat kompleks dari apa yang kami sebut sebagai mempertahankan peluncuran dengan kecepatan nol," katanya.
"Dalam istilah awam, anda harus memiliki balon tepat di atas kapsul anda sehingga seolah-olah tidak ada kecepatan secara horizontal."
Lim mengatakan balon itu dirancang untuk menggandakan volume "sehingga bisa menembus troposfer".
"Singkatnya, ini untuk mempertahankan tingkat pendakian yang kuat enam atau tujuh meter per detik," katanya.
"Itu sangat cepat karena sangat penting. Anda harus menembus atmosfer."
Saat itulah segala sesuatu mulai menjadi berbahaya.
Dalam pendakian cepatnya, Lim naik ke ketinggian 24.000 kaki dalam waktu sekitar 20 menit, dan bersamaan dengan kerusakan pada kapsul itu membuatnya tak bisa menerima tekanan.
"Saya segera mengencangkan baju ruang angkasa dan saya melakukan lebih dari itu. Saya memompanya dengan sangat cepat, dan banyak," katanya.
"Begini penjelasannya, saya seharusnya memompa empat liter per menit. Saya mendorongnya hingga 24 [liter per menit] karena saya tak punya waktu, dan kemudian membanjiri baju [saya] dengan oksigen."
Saat itulah kru darat memutuskan untuk membatalkan misi hanya 12 kilometer dari target.
"Sebenarnya, secara mengejutkan, saya merasa baik-baik saja. Saya pikir itu pasti berkat pakaian luar angkasa. Saya benar-benar ingin bertahan karena kapsul naik dengan sangat baik," katanya.
"Tapi saya pikir kru di darat melakukan hal yang benar dengan tidak buru-buru menghentikan saya -seperti pengarahan yang mereka terima sebelumnya."
Apa yang naik harus turun
Jika awak darat membatalkan misi terlalu cepat, pendaratan akan berakibat fatal bagi Lim.
"Karena kami baru saja melintasi 20 kilometer, kami tak mengempiskan balon. Kami hanya melakukan itu ketika kami berada di atas 40 kilometer," katanya.
"Jadi yang kami lakukan sebenarnya memotong balon. Kedengarannya sederhana, tapi cukup rumit karena ada empat cara pemotongan yang berbeda."
"Maka parasut akan mengambil alih. Parasut ini dirancang hanya untuk tujuan ini - untuk membawa ratusan kilogram kapsul dengan kecepatan tiga hingga empat meter per detik."
Lim mengatakan bahwa kapsul itu tidak membuat zona pendaratan yang direncanakan di Owen Springs Reserve, tetapi mendarat di lereng bukit di Wallace Rockhole, 110 kilometer dari Alice Springs.
"Pendaratannya indah. Saya melihat sebatang pohon sendirian. Itu kabar baik," katanya.
"Tapi karena parasutnya besar - berdiameter 100 kaki - angin darat menyeret saya melintasi lereng selama satu jam. Itu menakutkan ... saya hampir mati empat kali."
Apa yang bisa dilakukan
Lim mengatakan ia percaya pada kapsul Kevlar berbingkai baja, tetapi fitur keamanan yang lebih mengejutkan membuatnya tetap hidup.
"Kami membawa banyak nampan telur kosong," katanya.
"Bahan yang mudah terhimpit -misalnya, lapisan pengaman di bagian bawah kapsul yang terbuat dari bahan komposit mahal dan nampan telur dari kardus - digunakan untuk meminimalkan dampak selama pendaratan."
Ia mengatakan kapsul itu tidak dalam kondisi bagus setelah terseret melintasi pedalaman yang keras selama satu jam.
"[Tapi] pendaratannya luar biasa lembut," katanya.
"Saya sangat senang dengan pendaratannya. Itu seperti pendaratan pesawat komersial yang sangat kecil."
"Insulasinya terkelupas. Tetapi integritas struktur logam dan bejana dalam masih utuh."
Meskipun tak mencapai definisi teknis luar angkasa, Lim menganggap penerbangan itu sukses.
Tetapi ia mengakui bahwa ia tak bisa terus mendukung keuangan proyek ini untuk mencapai batas akhir.
"Saya benar-benar merasa ini sukses karena memang benar demikian. Saya benar-benar menginternalisasi makna upaya itu lebih penting daripada hasilnya," katanya.
Lim mengatakan ia berharap crowdfunding atau penggalangan dana online di negara asalnya Singapura bisa meremajakan upaya ini "karena saya ingin proyek ini didukung oleh pendanaan publik ketimbang investasi swasta", katanya.
Ikuti berita-berita lain di situs ABC Indonesia.