ABC diundang untuk mengunjungi pasar ikan di Indramayu (Jawa Barat) dan tidak menemukan adanya bangkai hiu yang dijual. Namun pada hari kedua ABC mengunjungi pasar itu, terlihat pemandangan yang sangat berbeda.
"Tidak ada yang melanggar aturan di sini ... kalau [para nelayan] menangkap hiu di jaring mereka, mereka melepaskannya kembali ke habitatnya, jika hiu itu masih hidup," kata Darto, kepala koperasi perikanan setempat.
Namun, keesokan harinya ABC muncul di sana tanpa pemberitahuan dan menemukan bukti industri perburuan hiu yang menggurita, dengan para pekerja memotong ratusan sirip hiu di dermaga.
Berjalan di atas hamparan bangkai hiu, juru lelang meneriakkan angka-angka dengan cepat lewat megafon, sekelompok kecil pembeli berkerumun di sekitarnya.
Di antara hewan mati di kaki mereka, darah mengucur dari insang mereka, hiu martil yang terancam punah, dengan kepala mereka diukir pada satu titik untuk menyembunyikan moncong berbentuk palu khas mereka.
Lebih jauh ke bawah dermaga, hiu kecil ditumpuk seperti kayu bakar ke dalam truk, dan dibawa untuk diekspor.
Indonesia diyakini membunuh lebih banyak hiu daripada negara lain mana pun di dunia dan, sekarang, berkat tindakan keras terhadap kapal penangkap ikan asing, industri ini berkembang pesat.
Ini terlepas dari penurunan selera di China terhadap sup sirip hiu.
"Sirip hiu masih menguntungkan secara ekonomi bagi para nelayan, terutama mereka yang mata pencahariannya didasarkan pada perburuan hiu untuk perdagangan siripnya," kata Vanessa Jaiteh, seorang peneliti perikanan hiu Indonesia.
Dr Jaiteh mengatakan bahkan hiu yang tertangkap secara tak sengaja sering dibunuh demi sirip mereka sebagai cara untuk meningkatkan keuntungan dari perjalanan melaut.
Penelitiannya selama bertahun-tahun telah mengarahkan ahli biologi kelautan untuk menyimpulkan bahwa penangkapan ikan memiliki "dampak parah" pada beberapa populasi hiu di Indonesia.
"Nelayan yang lebih tua mengatakan menangkap lebih banyak hiu di masa mudanya, dan bahkan nelayan muda mengatakan menangkap hiu yang lebih besar dan lebih banyak kurang dari satu dekade lalu," katanya kepada ABC.
Nelayan Indonesia menargetkan hiu muda
Memotong sirip hiu tidak ilegal di Indonesia, tetapi praktik mengambil siripnya di laut, dan membuang badan hiu kembali ke laut, diyakini menjadi salah satu ancaman terbesar bagi populasi hiu.
Praktek ini lazim di Indonesia timur, kawasan miskin di mana penangkapan ikan merupakan mata pencaharian pesisir yang penting.
"Saya pikir penting untuk memahami bahwa beberapa komunitas ini memiliki ekonomi subsisten sebelum mereka memasuki perdagangan sirip hiu, yang mengakibatkan mereka beralih ke ekonomi tunai," kata Dr Jaiteh.
Penurunan pasar sirip hiu global telah menyebabkan sejumlah nelayan beralih ke praktik radikal untuk bertahan hidup, termasuk penangkapan ikan dengan dinamit dan penyelundupan manusia.
Dwi Ariyoga Gautama dari WWF mengatakan operasi skala industri memang menimbulkan ancaman signifikan terhadap jumlah hiu, tapi seringkali kapal-kapal kecil yang tidak terdaftar menjadi penyebab kerusakan terbesar.
"Mereka tidak menangkap hiu sebanyak kapal skala industri, tetapi yang mereka tangkap adalah hiu remaja," kata Gautama.
"Tidak ada kesempatan bagi hiu untuk pulih. Itu sebabnya dampak pada jumlah hiu tinggi dan populasi terus menurun."
Sekitar 30 persen dari 117 spesies hiu yang dikenal di Indonesia dianggap terancam atau hampir punah.
Tetapi hanya sembilan spesies yang diatur oleh peraturan pemerintah dan hanya satu, hiu paus, yang sepenuhnya dilindungi.
Selain akal-akalan dan kerahasiaan di sekitar penangkapan ikan hiu, ada juga kekurangan data yang dapat diandalkan.
Data terbaru memperkirakan sekitar 100.000 ton hiu dan pari terbunuh di Indonesia setiap tahun.
Dr Jaiteh mengatakan bahwa Indonesia telah mengambil beberapa langkah tegas dalam mengatasi populasi yang menurun, termasuk pengembangan rencana aksi nasional dan memberlakukan larangan ekspor pada beberapa spesies.
Tetapi tidak ada informasi yang tersedia untuk umum tentang jumlah hiu atau total tangkapan tahunan sejak 2016, meskipun pihak berwenang setempat mengumpulkan data.
Itu membuat penilaian akurat tentang ancaman terhadap populasi hiu menjadi hampir mustahil.
Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini