REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Ketua Parlemen Iran Ali Larijani mengatakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump harus sadar rakyat Iran semakin bersatu ketika diintimidasi. Hal itu dikatakan Larijani dalam siaran televisi.
"Pak Trump harusnya memahami ketika seseorang menggunakan bahasa intimidasi terhadap bangsa beradab, mereka semakin bersatu," kata Larijani, Selasa (2/7).
Pada Senin (1/7), Iran mengumumkan akan menghimpun uranium yang dikayakan lebih banyak dari yang diizinkan kesepakatan nuklir 2015. Kesepakatan yang dikenal dengan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) itu ditandatangani enam kekuatan dunia lainnya.
Pernyataan Perlemen Iran tersebut dinilai sebagai peringatan agar Trump 'tidak bermain api' dengan Teheran. Larajani mengatakan ancaman AS mempersatukan faksi politik di Iran.
Senin lalu, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif juga mengatakan Iran tidak akan pernah menyerah dengan tekanan AS. Jika Washington ingin melakukan pembicaraan, kata Zarif, maka mereka harus menghormati Iran.
Dalam beberapa pekan terakhir, ketegangan antara Teheran dan Washington meningkat tajam. Satu tahun setelah Washington menarik diri dari JCPOA dan menekan Iran dengan memberlakukan kembali sanksi ekonomi terhadap mereka.
"Iran tidak akan pernah menyerang dengan tekanan dari Amerika Serikat, AS harus mencoba untuk menghormati Iran, jika mereka ingin berbicara dengan Iran, mereka harus menunjukan rasa hormat," kata Zarif.
Trump sudah mengajak Iran untuk mengadakan pembicaraan 'tanpa syarat'. Teheran menolaknya dengan mengatakan Trump harus kembali ke JCPOA jika memang ingin bernegosiasi dengan Iran.