Sabtu 20 Jul 2019 06:18 WIB

"Melawan Kehendak Tuhan": Keluarga Kristiani Didenda Karena Tolak Bayar Pajak

Keluarga Kristiani Australia ini menolak membayar pajak kepada Pemerintah Australia.

Red:
abc news
abc news

Sebuah keluarga penganut Kristiani dihukum membayar denda 2,3 juta dolar (sekitar Rp 23 miliar) karena menolak membayar pajak penghasilan kepada Pemerintah Australia. Keluarga peternak lebah ini berdalih, membayar pajak "bertentangan dengan kehendak Tuhan".

Dua bersaudara, Fanny Alida Beerepoot dan Rembertus Cornelis Beerepoot, sebelumnya menolak membayar pajak penghasilan sekitar 930.000 dolar atas dasar alasan keagamaan.

Dalam sidang di Mahkamah Agung negara bagian Tasmania pada hari Rabu (17/7/2019), mereka menyatakan mentransfer kesetiaan mereka pada Tuhan ke Pemerintah Persemakmuran berarti "memberontak kepada Tuhan" dan "melanggar larangan pertama".

Mereka menambahkan bahwa pembayaran pajak selama ini telah menyebabkan Australia dikutuk Tuhan dengan "kekeringan dan kegersangan".

Dalam sidang sekitar tiga jam, hakim menilai argumen mereka ini tidak memadai dan memerintahkan dua bersaudara itu membayar ke Kantor Pajak Australia (ATO) masing-masing 1,159 juta dolar dan 1,166 juta dolar.

Keluarga Beerepoot mengoperasikan Peternakan Madu Melita di Chudleigh, sekitar satu jam dari Kota Launceston di Tasmania.

Situs web perusahaan mereka menyebutkan keluarga ini keturunan Belanda dan bermigrasi ke Australia pada awal 1980-an. Mereka menghabiskan 15 tahun di Australia Barat sebelum pindah ke Tasmania "karena keindahannya, nuansa Eropa, dan iklim yang lebih sejuk".

Dua bersaudara itu memiliki ibu bernama Alida Beerepoot. Sedangkan sang ayah, Pastor Hendricus Beerepoot, meninggal pada 2013.

 

Melita Farm menjual berbagai barang selain madu, termasuk makanan dan produk kesehatan lainnya.

"Fanny memiliki latar belakang dalam nutrisi klinis dan suka berbicara tentang nilai obat dan nutrisi dari madu Manuka Tasmania kami," kata situs web tersebut.

"Lida dan Fanny menjaga sisi feminin toko ini, yaitu, memastikan semuanya tampak cantik."

"Remmo memiliki input artistik. Dia mendesain label, titik penjualan, dan situs web ini."

"Kegembiraan dan berkah terbesar kami adalah bekerja menghasilakn madu dan berinteraksi dengan para pelanggan."

ABC menghubungi keluarga Beerepoot namun mereka menolak berkomentar.

Apa yang mereka yakini?

Dalam sidang itu, mereka bersumpah pada Injil King James. Fanny mengaku bahwa dia bekerja penuh-waktu melayani Tuhan.

Denominasi keyakinan Kristiani mana yang mereka ikuti masih belum jelas.

Dalam situs web Caleb's Journal, keluarga ini menyatakan "ingin berbagi tentang perjalanan kami saat menuju ke Tanah Perjanjian dan rambu-rambu yang ditunjukkan Bapa kami di sepanjang jalan".

Situs ini berisi bagian-bagian tentang astronomi, biografi, geografi dan hukum Alkitab serta foto-foto keluarga.

Jurnal itu juga membantah keras ayat Alkitab populer bahwa "memberikan kepada Kaisar apa yang menjadi milik Kaisar dan bagi Tuhan apa yang menjadi milik Tuhan". Pasalnya, dalil ini mendukung pembayaran pajak.

Dalam artikel berjudul Government and the First Commandment disebutkan:

"Melalui proses validasi ini seseorang menyerahkan kepada Kaisar apa yang menjadi milik Tuhan - karena Kaisar telah melanggar batas yurisdiksi Tuhan. Kaisar ditempatkan di atas takhta Tuhan, dengan demikian Perintah Pertama dilanggar (Eksodus 20: 3)."

Kasus pajak yang dialami keluarga Kristiani ini bukan yang pertama kalinya.

Pada 2017, keluarga Beerepoot menjadi sorotan ketika Pemkot Meander Valley menyatakan keluarga ini tidak membayar lebih dari 9.000 dolar pajak tiga properti di peternakan lebah tersebut.

"Mereka bersikukuh dengan keyakinan mereka bahwa tanah itu bukan milik mereka, tetapi milik Tuhan, bahwa Pemkot akan mengambil tanah itu dan menjadi urusan antara Pemkot dan Tuhan," kata laporan Pemkot.

Sumber anonim kemudian membayarkan pajak itu untuk salah satu properti, yang menurut walikota setempat, menunjukkan pengakuan warga akan pentingnya peternakan mereka.

Namun, pajak untuk properti lainnya tetap tidak dibayar dan akhirnya disita Pemkot yang kemudian menjualnya seharga 120.000 dolar.

 

Dari mana uang mereka?

Sidang di pengadilan tidak menyebutkan secara eksplisit sumber pendapatan yang dikenai pajak penghasilan tersebut. Hanya pendapatan amal dari keluarga ini yang disebutkan.

Alida terdaftar sebagai pemegang dua perusahaan, satu di Australia Barat namun telah dibatalkan, serta yang terkait dengan properti Mole Creek yang telah dijual.

Properti yang sama kemudian dijual kembali dengan surplus 100.000 dolar, yang oleh Pemkot Meander Valley telah ditawarkan ke keluarga ini.

Tetapi mereka menolak uang surplus tersebut karena meyakini bahwa uang itu milik Tuhan, bukan milik mereka.

Catatan pendaftaran perusahaan menunjukkan Melita Honey Farm terdaftar pada tahun 2009 tetapi dibatalkan pada tahun 2015.

 

Keempat anggota keluarga Beerepoot - Hendricus, Alida, Rembertus dan Fanny - terdaftar pada alamat di peternakan madu mereka di Chudleigh.

Tidak diketahui apakah peternakan ini sekarang terdaftar dengan nama perusahaan yang berbeda.

Komisi badan Amal dan Nirlaba Australia juga tidak menemukan daftar badan amal atas nama mereka.

Kasus unik

Dr Alex Deagon, dosen hukum konstitusional dan kebebasan beragama dari Queensland University of Technology, menjelaskan kasus ini sangat unik dan terkait dengan isu pembangkangan sipil.

Dikatakan, ketika terjadi perdebatan kebebasan beragama dan pernikahan sesama jenis, kemungkinan jumlah kasus pembangkangan sipil atas nama agama akan meningkat di Australia.

"Ini menimbulkan masalah yang jauh lebih sulit dengan pejabat sekuler dalam sistem hukum sekuler yang membuat penilaian teologis," katanya.

Senator asal Tasmania Eric Abetz secara terpisah berpendapat bahwa orang Kristen seharusnya membayar pajak.

"Pandangan dunia Kristen untuk membayar pajak itu jelas, karena Tuhan sendiri yang mengucapkan kata-kata itu," kata Senator Abetz.

Seorang warga setempat Barbara Daw menilai keluarga itu sebagai orang baik, jujur, dan telah berkontribusi besar pada komunitas Chudleigh.

"Mereka tipe orang yang akan datang membantu jika kita mengalami masalah di tengah malam," katanya.

 

Warga Chudleigh lainnya, Rainier Howe, menyebut adanya perbedaan pendapat di kalangan komunitas atas masalah ini.

"Banyak yang mengatakan mereka harus membayar pajak seperti kita semua. Tapi kita semua memiliki keyakinan berbeda-beda," katanya.

Seorang pemilik toko Mandy Wyer menggambarkan peternakan madu itu sebagai jantung komunitas di sana.

Dia mengaku terkejut mendengar besarnya hutang pajak yang dimiliki keluarga itu.

Simak berita selengkapnya dalam Bahasa Inggris di sini.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement