Senin 29 Jul 2019 14:34 WIB

Warga Miskin Australia Hidup Dengan Rp 380 ribu dan Makan Sekali Sehari

Sekitar 723 ribu warga Australia yang mendapat bantuan dari pemerintah Australia

Red:
abc news
abc news

Sebuah survei terbaru yang dirilis hari Senin (29/07/2019) menemukan bantuan pemerintah Australia bagi mereka yang tidak bekerja dan berusia di bawah 21 tahun tidak lagi mencukupi kebutuhan hidup mereka.

Penerima bantuan keuangan

  • Data di tahun 2019 menunjukkan ada sekitar 723 ribu warga Australia yang mendapat bantuan dari pemerintah Australia
  • Uang untuk bertahan hidup akan semakin berkurang, terutama setelah membayar uang sewa tempat tinggal
  • Pemerintah perlu meningkatkan jumlah bantuan hingga AU$ 75 per minggu, agar mencukupi kebutuhan warga

 

Dengan bantuan yang diterima, mereka hidup dengan AU$ 40, atau sekitar Rp 380 ribu sehari dan banyak yang mengaku jika terpaksa membatasi frekuensi makan mereka demi penghematan.

Di Australia, pemerintah memberikan bantuan finansial 'Newstart Allowance' yang ditujukan bagi mereka yang tidak bekerja, dengan usia 22 tahun hingga usia pensiun.

Ada pula bantuan khusus anak muda, yakni 'Youth Allowance', bagi anak-anak muda berusia di bawah 21 tahun dan masih mencari pekerjaan.

Dari survei yang dilakukan oleh Dewan Pelayanan Sosial Australia (ACOSS) ditemukan 84 persen responden mengaku jika mereka harus melewatkan makan, hanya sekali sehari.

"Saya seringnya bahkan tidak makan sama sekali," ujar salah satu reponden.

 

Dengan 'pendapatan' yang diterima dari pemerintah, mereka mendapat AU$ 282, atau sekitar Rp 2,7 juta per minggu dan jumlah ini berada di bawah garis kemiskinan.

Lebih dari setengahnya mengaku tidak menyalakan penghangat ruangan di musim dingin, tidak juga AC di musim panas, untuk bisa menghemat penggunaan listrik dan energi lainnya.

"Saya tak lagi membeli makanan yang harus disimpan di kulkas, sehingga tidak harus menyalakan kulkas."

Belum lagi dengan mahalnya biaya akomodasi di Australia, lebih dari setengah dari mereka memiliki kurang dari AU$ 100, atau sekitar Rp 960 ribu per minggu, setelah membayar sewa rumah atau kamar.

"Saya pindah ke kawasan pinggiran agar bisa lebih murah menyewa tempat tinggal, meskipun sedikit lapangan kerja yang tersedia," salah satu responden mengatakan.

"Saya kurangi mandi karena harus menghemat air dan gas, dan tidak menggunakan shampoo, conditioner, atau sabun."

Ketidakmampuan menyewa tempat tinggal juga membuat mereka berakhir menjadi tunawisma.

ACOSS melakukan survei kepada 489 orang yang hidup dengan bantuan 'Newstart' dan 24 orang diantaranya adalah anak-anak muda yang mendapat 'Youth Allowance'.

Dari data terbaru ada sekitar 723 ribu warga Australia yang menerima 'Newstart', yang dibayarkan setiap dua minggu.

Pemerintah diminta naikkan jumlah bantuan

 

Setelah melakukan survei ACOSS meminta pemerintah untuk mempertimbangkan jumlah bantuan kepada warga yang membutuhkan, dengan jumlah hingga AU$ 75, atau sekitar Rp 725.000 per minggu.

Menurut laporan tersebut kenaikan ini akan membantu warga untuk mampu membeli tidak hanya makanan, tapi juga akses pada kesehatan, bensin, dan meningkatkan "harga diri".

Sejumlah politisi di Australia, seperti mantan perdana menteri John Howard, sejumlah anggota Partai Buruh, dan kelompok penggiat kesejahteraan sosial telah mendorong agar jumlah bantuan dinaikkan.

Termasuk yang mendukung adalah mantan wakil perdana menteri, Barnaby Joyce, dari Partai National yang pernah ramai dibicarakan karena memiliki hubungan dan memiliki bayi dengan mantan stafnya.

Namun usai menyampaikan dukungannya, Kamis lalu (25/07), Barnaby malah mendapat kritikan setelah mengaku kesulitan menghidupi keluarganya dengan gaji senilai AU$ 211.000, atau lebih dari Rp 2 miliar per tahun.

Hingga saat ini PM Australia, Scott Morrison mengatakan jika menyalurkan dan memastikan warganya mendapat pekerjaan adalah lebih penting, ketimbang meningkatkan bantuan keuangan.

Simak berita terkait studi, kerja, dan tinggal di Australia hanya di ABC Indonesia dan bergabunglah dengan komunitas kami di Facebook.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement