Dalam beberapa tahun terakhir dengan perhatian di Timur Tengah banyak dicurahkan dalam usaha memerangi ISIS, kelompok teroris yang sebelumnya menjadi asal mula dari ISIS yaitu Al-Qaidah, tidak banyak mendapat perhatian.
Namun beberapa pengamat mengatakan bahwa Al-Qaidah masih merupakan kelompok yang berbahaya namun sengaja untuk tidak melakukan kegiatan yang bisa membuat mereka mendapat perhatian dunia internasional.
Sejak pemimpin Al-Qaidah Osama bin Laden tewas di Pakistan tahun 2011, Al-Qaidah tampaknya sengaja 'tiarap' dan tidak melakukan serangan besar terutama di negara-negara Barat.
"Saya percaya bahwa Al-Qaidah sengaja untuk tidak melakukan serangan teroris berskala internasional, khususnya yang 'spektakuler' untuk tidak menarik perhatian," kata Bruce Hoffman, peneliti mengenai terorisme global di Georgetown University, Amerika Serikat.
"Al-Qaidah ... jelas sekali masih ada."
"Saya bahkan berani mengatakan bahwa kelompok ini diam-diam dan dengan sabar membangun kekuatan dan terus mengumpulkan sumber daya untuk melanjutkan perjuangan yang dicanangkan oleh Osama bin Laden lebih dari 20 tahun lalu."
Perjuangan mereka adalah perjuangan ideologis dan perjuangan fisik melawan apa yang mereka sebut musuh-musuh Islam.
Pemimpin kelomok itu Ayman al-Zawahiri mengatakan fokus Al-Qaidah adalah menyerang Amerika Serikat yang disebut sebagai 'kepala ular' dan 'musuh utama warga Muslim di seluruh dunia'.
Serangan terbesar yang pernah dilakukan Al-Qaidah adalah serangan yang dikenal dunia sebagai peristiwa 11 September tahun 2001 dimana beberapa gedung penting di Amerika Serikat termasuk World Trade Centre di New York dan Gedung Kementerian Pertahanan AS Pentagon di Washington, DC diserang.
Al-Qaidah juga ingin mendirikan kekhalifahan Islam dari Yerusalem sampai ke Spanyol.
Tujuan mereka hampir sama dengan IS, juga karena IS sebelumnya mulai sebaagai Al-Qaidah di Irak, sebelum kemudian karena adanya perbedaan ideologi membuat kelompok itu terpecah di tahun 2013.
Sejak itu, dunia internasional lebih mengenal serangan yang dilakukan IS ke beberapa negara Barat termasuk Australia, namun IS kehilangan seluruh wilayah yang dikuasainya di Timur Tengah di bulan Maret 2019.
Di saat kekuatan IS diserang oleh pihak koalisi yang dipimpin Amerika Serikat dan wilayah kekuasaannya di Irak dan Suriah menghilang, Al Qaeda diam-diam memperkuat jaringannya di seluruh dunia termasuk di Indonesia.
"Al-Qaidah berusaha menutupi kekosongan yang tercipta menyusul kalahnya ISIS," kata Profesor Hoffman.
"Seluruh kegiatan yang diam-diam mereka lakukan menunjukkan adanya persiapan yang dibuat dimana di satu saat pemimpin mereka Ayman al Zawahiri akan menentukan saat yang tepat untuk bergerak lagi."
Masih jadi ancaman
Meski Al-Qaidah tidak melakukan serangan di negara-negara Barat dalam beberapa tahun terakhir, namun kehadiran mereka masih merupakan ancaman bagi negara-negara Barat.
Bulan Juni lalu, polisi di Spanyol menahan 10 orang yang menyalurkan dana bagi kelompok yang berafiliasi dengan Al-Qaidah di Suriah.
Dan tahun lalu, Menteri Pertahanan Inggris memperingatkan bahwa Al-Qaidah sedang mengembangkan teknologi untuk menembak jatuh pesawat dan merencanakan serangan di bandar udara.
"Serangan terhadap dunia penerbangan sangat nyata. Al-Qaidah muncul kembali. Mereka sudah membina kekuatan," kata Menteri Ben Wallace kepada harian Inggris The Sunday Times.
"Mereka sedang merencanakan semakin banyak kemungkinan serangan ke Eropa dan semakin paham dengan metode baru, dan masih berencana melakukan serangan di bidang penerbangan," katanya.
Walau Al-Qaidah sekarang tampak diam, mereka tetap bergerak, dan menurut beberapa pengamat, mereka akan melakukan serangan lagi di negara-negara Barat.
"Mereka sudah bergerak di semakin banyak negara. Sebelumnya mereka hanya bergerak di beberapa negara saja," kata Prof Hoffman.
Hoffman memperkirakan Al-Qaidah berada di sediktnya 20 negara dengan kekuatan sekitar 40 ribu pejuang bersenjata.
Lihat berita selengkapnya dalam bahasa Inggris di sini