Jumat 02 Aug 2019 17:01 WIB

Kunjungi Pulau Sengketa, Jepang Kritik PM Rusia

Jepang dan Rusia bersengketa atas empat pulau.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Dmitry Medvedev
Foto: AP/Alexander Zemlianichenko
Dmitry Medvedev

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang mengkritik Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev karena mengunjungi pulau yang disengketakan kedua negara. Ia meminta Moskow lebih memperhatikan bagaimana menjaga dan memajukan hubungan dengan Tokyo.

Jepang menyoroti kunjungan Medvedev ke pulau Etorofu atau disebut Iturup dalam bahasa Rusia, Jumat (2/8). Itu merupakan satu dari empat pulau yang disengketakan Jepang dan Rusia. Jepang mengklaim pulau-pulau itu dengan istilah Wilayah Utara.

Baca Juga

Menurut Jepang, kunjungan Medvedev ke salah satu pulau di sana tak sesuai dengan posisinya di Wilayah Utara. Selain itu, kehadiran Medvedev ke sana telah melukai perasaan rakyat Jepang.

“Kami sangat mendesak Rusia mengambil langkah-langkah konstruktif untuk lebih memajukan hubungan Jepang-Rusia, termasuk masalah kesimpulan dari perjanjian perdamaian,” kata Kementerian Luar Negeri Jepang dalam sebuah pernyataan.

Sebelumnya, Rusia pernah mengirim nota protes ke Jepang karena mengklaim Kepulauan Kuril Selatan sebagai bagian dari wilayahnya. Hal tersebut dicantumkan Jepang dalam materi yang disiapkan untuk KTT G-20 di Osaka.

“Pada 2 Juli, seorang diplomat dari Kedutaan Besar Jepang di Rusia dikirimi catatan yang menyatakan protes tentang penggunaan bahan-bahan tersebut sehubungan dengan KTT G-20 oleh Jepang, termasuk yang multimedia, di mana Kepulauan Kuril Selatan ditandai sebagai wilayah Jepang,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakhrova pada 4 Juli lalu, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Moskow menilai apa yang dilakukan Jepang tak etis. Sebab ia menyalahgunakan fungsi kursi G-20 untuk memajukan klaim teritorial yang tidak berdasar tersebut. Menurut Zakharova, tindakan tersebut bertentangan dengan niat Perdana Menteri Shinzo Abe.

Abe, kata Zakharova, telah berulang kali menyatakan menahan diri dan tak mengambil langkah-langkah yang dapat merusak kedudukan politik pihak lain, termasuk yang secara negatif dapat mempengaruhi hubungan Rusia dan Jepang. Jepang dan Rusia belum secara resmi berdamai pasca-Perang Dunia II.

Kedua negara hanya menandatangani Deklarasi Bersama pada 1956. Deklarasi itu menjadi simbol berakhirnya konfrontasi kedua negara dan pemulihan hubungan diplomatik. Dalam deklarasi tersebut, Jepang dan Rusia juga sepakat melanjutkan negosiasi perjanjian perdamaian serta membahas perihal sengketa teritorial.

Setelah Perang Dunia II, Kepulauan Kuril Selatan menjadi bagian dari Uni Soviet. Namun, Jepang menentang kepemilikan Iturup, Kunashir, Kepulauan Shikotan, dan Kepulauan Habomai. Berdasarkan Deklarasi Bersama yang disepakati pada 1956, Uni Soviet setuju menyerahkan Kepulauan Shikotan dan Habomai.

Namun pada 1960, Jepang menandatangani perjanjian keamanan dengan Amerika Serikat (AS). Hal itu membuat Soviet membatalkan niatnya menyerahkan Shikotan dan Habomai kepada Jepang. Saat itu, Soviet menyatakan hanya akan memberikan pulau-pulau tersebut kepada Jepang hanya ketika semua pasukan asing ditarik dari wilayahnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement