Lomba perahu yacht rute Darwin-Ambon tahun ini memasuki usia ke-30. Peserta telah berangkat sejak Sabtu (3/8/2019) dengan membawa instrumen musik ukulele untuk disumbangkan ke anak-anak sekolah di Ambon.
Panitia setempat di Ambon berencana memberikan penyambutan bagi para peserta lomba yang akan menyelesaikan rute 630 mil laut. Yaitu, berupa pertunjukan ukulele.
Namun murid-murid di Ambon tersebut terkendala kurangnya ukulele.
Karena itu, Joy Eggenhuizen, peserta lomba dari salah satu klub yacht di Darwin, berupaya mengumpulkan sebanyak mungkin ukulele dari warga kota itu, untuk dibawa ke Ambon.
"Ambon dikenal sebagai pulau musik, semua orang menyanyi dan menari. Sekarang hampir semua orang bisa memainkan ukulele," ujar Eggenhuizen.
"80 murid di sana kini belajar ukulele sebagai upaya menjauhkan mereka sejenak dari komputer," katanya.
"Baru-baru ini walikota dan pihak di Ambon memasukkan pelajaran ukulele dalam kurikulum sekolah," tambahnya.
Eggenhuizen mengatakan setelah 30 tahun mengunjungi pulau itu bersama para nakhoda dari Darwin, sekarang saatnya untuk memberikan sesuatu kepada masyarakat setempat.
"Sebagai rasa terima kasih kepada masyarakat yang telah menerima nakhoda kami setiap tahun, kami ingin memberi mereka instrumen musik," katanya.
"Melihat banyaknya anak yang ingin ikut, saya bisa katakan mereka membutuhkan ukulele dalam jumlah yang tak terbatas," tambahnya.
Eggenhuizen menjelaskan tidak sedikit peserta lomba yang membeli sendiri ukulele untuk dibawa ke Ambon. Mereka masih menunggu sumbangan dari warga Darwin.
"Banyak ruang di yatch kami untuk dimuati ukulele," katanya.
"Kami melihat puluhan ukulele di masing-masing perahu yacht yang ikut lomba," tambahnya.
Seorang peserta lainnya Garth Curran yang sudah ikut lomba sejak tahun 1997, menjelaskan jumlah peserta telah berkurang dibandingkan tahun-tahun pertama.
"Pada tahun pertama ada 103 yacht yang ikut berlomba dan tiba di Ambon," jelasnya.
"Kami berharap bisa lebih banyak lagi perahu yacht dari pesisir timur Australia ikut berlomba serta membawa beberapa barang buat anak-anak yang sudah menunggu di sana," katanya.
Curran mengaku pengalaman paling berharga dari lomba ini bukanlah saat berada di tengah lautan, tapi justru ketika berinteraksi dengan masyarakat di Ambon.
"Pada satu kedatangan yang istimewa, kami disambut band yang bermain di atas rakit, menyambut kami memasuki dermaga. Kru saya sampai terkagum-kagum," katanya.
"Masyarakat di sana senang kami datang, ini kesempatan istimewa bagi kru di Darwin serta bagi masyarakat di Ambon," ujar Curran.
Simak berita lainnya dari ABC Indonesia.