Selasa 06 Aug 2019 08:26 WIB

Kebijakan Perdagangan Cina Pukul Petani AS Pendukung Trump

Cina menghentikan pembelian produk-produk pertanian asal AS.

Red: Nur Aini
Bendera Cina-Amerika
Foto: washingtonote
Bendera Cina-Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Perusahaan-perusahaan Cina telah menghentikan pembelian produk-produk pertanian Amerika Serikat. Keputusan tersebut menjadi pukulan bagi para petani AS yang merasakan penurunan ekspor akibat perang dagang lebih dari setahun.

China juga dapat mengenakan tarif tambahan pada produk-produk pertanian AS. Kebijakan itu menargetkan negara-negara bagian perdesaan yang mendukung Presiden AS Donald Trump dalam pemilihan 2016.

Baca Juga

Trump mengatakan pada Kamis (1/8) bahwa Beijing belum memenuhi janji untuk membeli sejumlah besar produk-produk pertanian AS. Trump berjanji mengenakan tarif baru sekitar 300 miliar dolar AS dari barang-barang China, yang langsung meredupkan prospek kesepakatan perdagangan.

China pada Senin (5/9) juga membiarkan yuan melemah melewati level penting tujuh yuan per dolar untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade. Amerika Serikat merespons dengan menunjuk China sebagai manipulator mata uang.

Presiden Federasi Biro Pertanian AS, Zippy Duvall menyebutkan pengumuman dari China itu "pukulan berat bagi ribuan petani dan peternak yang sudah berjuang untuk bertahan hidup."

Tarif yang diberlakukan oleh China pada kedelai AS telah memangkas ekspor tanaman AS yang paling berharga. Hal itu memaksa pemerintah Trump untuk memberikan kompensasi kepada petani selama dua tahun dengan gabungan pengeluaran sebanyak 28 miliar dolar AS.

China mengimpor 9,1 miliar dolar AS hasil pertanian AS pada 2018, terutama kedelai Sc1, susu, sorgum dan babi LHc1. Angka itu turun dari 9,5 miliar dolar AS pada 2017, menurut Biro Pertanian Amerika.

Dewan Produsen Daging Babi Nasional mengatakan dalam sebuah surat elektronik bahwa penting untuk mengakhiri perang dagang sehingga produsen daging babi dapat lebih berpartisipasi dalam meningkatkan perdagangan.

Wabah Demam Babi Afrika telah membunuh jutaan babi di China. Eksportir daging AS berharap untuk mengambil keuntungan dari penyakit tersebut untuk mengekspor lebih banyak daging babi ke China tetapi 62 persen tarif pembalasan membatasi penjualan dari Amerika Serikat.

Kementerian Perdagangan China mengatakan dalam sebuah pernyataan mereka berharap Amerika Serikat akan menepati janji dan menciptakan "kondisi yang diperlukan" untuk kerja sama bilateral.

Sebelumnya, lembaga penyiaran publik CCTV China melaporkan seorang pejabat dari Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) China mengatakan tuduhan Trump bahwa mereka tidak membeli volume yang dijanjikan dari barang-barang pertanian AS sebagai "tidak berdasar."

Secara keseluruhan, China telah membeli sekitar 14,3 juta ton biji kedelai musim lalu, setidaknya dalam 11 tahun, dan sekitar 3,7 juta ton masih perlu dikirim. Menurut data AS, China membeli 32,9 juta ton kedelai AS pada 2017 sebelum perang dagang.

China menerapkan tarif 25 persen untuk kedelai pada Juli tahun lalu sebagai tanggapan atas tarif AS untuk barang-barang China.

Menurut Cong Liang, sekretaris jenderal NDRC China, negaranya menghormati perjanjian yang ditandatangani sebelumnya untuk mengimpor kedelai AS. Laporan itu mengatakan bahwa 2,27 juta ton kedelai AS telah dimuat dan dikirim ke China pada Juli, sejak Trump bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Osaka pada pertemuan puncak G20 pada akhir Juni.

China membeli 130 ribu ton kedelai, 120 ribu ton sorgum, 60 ribu ton gandum, 40 ribu ton daging babi dan produk daging babi, serta 25 ribu ton kapas dari Amerika Serikat antara 19 Juli hingga 2 Agustus.

Data mingguan AS pada 1 Agustus mengkonfirmasi penjualan kedelai baru AS pertama ke China sejak Juni, sebesar 68 ribu ton dari tanaman yang akan dipanen musim gugur ini. Penjualan tambahan hingga 1 Agustus dapat dicatat dalam laporan penjualan ekspor pemerintah AS berikutnya pada Kamis (8/8). Cong mengatakan dua juta ton kedelai AS yang ditujukan untuk China akan dimuat pada Agustus, diikuti oleh 300 ribu ton lainnya pada September.

Namun, Departemen Pertanian AS pada Senin mengatakan kurang dari 600 ribu ton kedelai diperiksa untuk ekspor ke China pada minggu yang berakhir 1 Agustus, lebih sedikit dari minggu sebelumnya. Harga acuan Chicago, kedelai Sv1 turun lebih dari tiga persen minggu lalu karena perang dagang meningkat, dan pada Senin (5/8) menyentuh harga terendah mereka sejak 12 Juni.

Petani dapat mulai mengajukan permohonan untuk bantuan perdagangan putaran berikutnya bulan ini, tetapi ketidakpastian perdagangan membuat perencanaan jangka panjang menjadi sulit.

“Kami berterima kasih atas pembayaran bantuan. Mereka telah membantu tetapi kami lebih suka memiliki pasar terbuka karena itu menciptakan stabilitas di sektor keuangan kami," kata Derek Sawyer, 39 tahun, seorang petani ladang jagung, kedelai, gandum, dan ternak dari McPherson, Kansas.

"Ada begitu banyak volatilitas sekarang karena tidak ada yang tahu aturan permainan dan tidak ada yang tahu bagaimana melihat hal-hal itu akan terjadi."

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement