Kamis 08 Aug 2019 15:24 WIB

Mahasiswa Cina Tuntut Kampus Cabut Poster Pro Hong Kong

Krisis politik di Hong Kong menyebabkan pertentangan di beberapa kampus di Australia.

Rep: Emily Baker Emily Baker/ Red:
abc news
abc news

Krisis politik di Hong Kong dengan protes dan aksi turun ke jalanan telah menyebabkan pertentangan di beberapa kampus di Australia.

Di negara bagian Tasmania, sekelompok mahasiswa asal China telah meminta pihak University of Tasmania untuk mencabut poster yang mendukung kemerdekaan Hong Kong yang dipasang di kampusnya.

Beberapa poster yang mendukung gerakan pro demokrasi di Hong Kong telah berulang kali dirobek setelah dipasang di kampus yang terletak di kawasan Sandy Bay.

Dalam pernyataan yang dimuat online, Asosiasi Mahasiswa dan Akademik China di Tasmania mengungkapkan kemarahan atas adanya poster tersebut dan menentang tindakan 'yang berusaha memecah China.'

"… asosiasi mahasiswa kami secara resmi menyampaikan ketidakpuasan kepada universitas mengenai penghinaan terhadap China dan meminta universitas menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat untuk mahasiswa," kata pernyataan yang diterjemahkan dari bahasa Mandarin ke bahasa Inggris tersebut.

"Hormati dan pahami yang lain, hindari konflik dengan para pembangkang, dan lindungi keselamatan pribadi."

"… semua orang memiliki hak kebebasan berbicara dan kami menghormati pendapat yang berbeda. Namun kebebasan berbicara tidaklah berarti menyebarkan kabar bohong, membesar-besarkan fakta dan menyerang pribadi."

Asosiasi Mahasiswa dan Akademisi China bisa ditemukan di hampir seluruh universitas di Australia.

Dalam reaksinya, juru bicara University of Tasmania mengatakan mereka memantau media sosial dan mengadakan kontak dengan berbagai kelompok mahasiswa dan organisasi dan juga dengan universitas lain di Australia.

"Kami mendesak agar semua orang menghadapi masalah ini dengan rasa hormat terhadap anggota masyarakat lainnya, dan hormat terhadap nilai-nilai universitas," kata juru bicara tersebut.

"Ruangan untuk mahasiswa (dimana poster itu dipasang) dipasang CCTV."

Departemen Luar Negeri Australia mengeluarkan pernyataan jika keadaan di Hong Kong semakin tidak menentu dan meminta agar warga Australia tidak melakukan perjalanan ke kawasan tersebut.

 

Mahasiswa asal China merupakan yang terbesar dari jumlah mahasiswa internasional di University of Tasmania.

Institusi tersebut memang berusaha keras untuk menarik mahasiswa asal China untuk belajar di sana, setelah kunjungan Presiden China Xi Jinping ke Tasmania di tahun 2014.

Di tahun 2016, universitas mengumumkan bahwa mereka bermaksud melipatgandakan jumlah mahasiswa asal China menjadi dua ribu orang.

Jumlah mahasiswa asal Hong Kong di tahun tersebut adalah 60 orang.

Sementara di tahun 2019, jumlah mahasiswa asal Hong Kong adalah 500 orang dan mahasiswa asal China berjumlah 4.100 orang.

Presiden Serikat Mahasiswa University of Tasmania Sharifah, Syed Rohan mengatakan menurut pantauannya penjagaan keamanan di kampus sudah ditingkatkan setelah adanya insiden perobekan poster.

Ia mendesak semua pihak untuk saling menghormati.

"Saya kira mahasiswa perlu menghormati apa yang dipasang, dan kalau mereka beranggapan itu tidak layak dengan strategi atau nilai universitas, mereka bisa memberitahu universitas untuk dicabut." kata Syed Rohan.

Insiden di Tasmania ini muncul menyusul beberapa insiden lain di kampus universitas Australia berkenaan dengan situasi di Hong Kong termasuk unjuk rasa kekerasan di University of Queensland.

Seorang mahasiswa yang mendukung pemerintah China mengaku mendapat intimidasi dan seorang mahasiswa asal Hong Kong mendapat sebuah serangan.

 

Aksi protes ke jalanan di Hong Kong yang sudah terjadi selama beberapa pekan mulai berdampak pada perekonomian, yang juga dirasakan di kawasan Asia Pasifik, termasuk di Australia.

Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini.

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement