Rabu 14 Aug 2019 07:17 WIB

Konvoi Kendaraan Militer China Terlihat di Batas Hong Kong

Pasukan militer tersebut tampaknya sedang melakukan latihan antihuru-hara.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Polisi antihuru-hara Hong Kong menahan seorang demonstran di Bandara Internasional Hong Kong, Selasa (13/8).
Foto: AP Photo/Kin Cheung
Polisi antihuru-hara Hong Kong menahan seorang demonstran di Bandara Internasional Hong Kong, Selasa (13/8).

REPUBLIKA.CO.ID, SHENZEN -- Kendaraan militer China dilaporkan berada di kota daratan China yang berbatasan dengan Hong Kong, Shenzhen. Hal ini dinilai sebaai tanda peringatan dari China atas tanggapan terhadap lebih dari 10 pekan meningkatnya protes di Hong Kong.

Sejumlah video diposting ke media sosial yang menunjukkan kendaraan militer berbaris panjang dengan tertib memasuki Shenzhen pada Senin pagi lalu. Tabloid negara China Global Times memposting kompilasi rekaman yang memperlihatkan truk-truk militer konvoi berbaris di Shenzhen sebelum latihan skala besar.

Baca Juga

Video propaganda itu menunjukkan sejumlah pengangkut personel lapis baja, truk, dan kendaraan lain milik Angkatan Kepolisian Bersenjata Rakyat China ada di jalan-jalan kota Shenzhen. Mereka adalah polisi paramiliter yang bertanggung jawab atas pengendalian kerusuhan dan kontraterorisme.

The Global Times mencatat dalam laporannya 12 ribu petugas polisi, tank, helikopter, dan kendaraan amfibi berkumpul di Shenzhen pada 6 Agustus. Mereka tampaknya sedang melakukan latihan antihuru-hara.

Video lain yang diposting ke media sosial menunjukkan kendaraan militer memasuki Shenzhen Bay Sports Center, sebuah stadion besar yang terletak hanya lima kilometer dari pintu masuk ke Jembatan Teluk Shenzhen yang menghubungkan kota ke Hong Kong. Peneliti kebijakan luar negeri dan keamanan China di Universitas Nasional Australia, Adam Ni menilai ditampilkannya militer adalah peringatan yang berani kepada Hong Kong tentang kesiapan tempur China.

"China meningkatkan pensinyalannya, dan pesan yang ingin disampaikannya cukup jelas: jika protes meningkat lebih lanjut, angkatan bersenjata China akan turun tangan," ujar Ni memberikan keterangan video militer China melalui akun Twitter-nya seperti dilansir Business Insider, Rabu (13/8).

Ratusan dan ribuan orang berkumpul di jalan-jalan Hong Kong selama hampir tiga bulan protes. Dalam aksi yang awalnya damai, banyak yang berubah menjadi kekerasan.  Protes dipicu dari kemarahan warga terhadap RUU yang akan memungkinkan ekstradisi penduduk Hong Kong ke China daratan untuk diadili. Protes kemudian meluas ke dalam perjuangan menegakkan demokrasi di wilayah Cina semi-otonom.

Meskipun China belum secara resmi mengumumkan rencana memobilisasi pasukan bersenjatanya di Hong Kong, China vokal tentang kemampuannya dalam beberapa pekan terakhir. Pada Juli, pasukan militer China di Hong Kong melakukan latihan tanggap darurat.

Hal itu dianggap sebagai pengingat soal kemampuan China menggunakan kekuatan di Hong Kong jika dianggap perlu, sebagaimana ditetapkan oleh Undang-Undang Dasar Hong Kong, yang pada dasarnya konstitusi kota.

Beberapa minggu kemudian, garnisun Hong Kong merilis video berdurasi tiga menit yang memperlihatkan tentaranya terlibat dalam berbagai kegiatan militer. Video itu termasuk memoerlihatkan para militer menembakkan roket ke sasaran dan melakukan latihan kerusuhan.

Sementara pekan lalu, pejabat senior China yang bertanggung jawab untuk urusan Hong Kong mengatakan bahwa China tidak akan hanya "duduk" saja jika situasi di Hong Kong memburuk ke titik di luar kendali pemerintah kota. Direktur Kantor Urusan Dewan Negara China Hong Kong dan Makau Zhang Xiaoming mengatakan, bahwa pihak berwenang China memiliki metode serta kekuatan yang cukup untuk segera menyelesaikan setiap kekacauan yang mungkin terjadi jika itu terjadi.

Ni menggambarkan adanya militer China baru-baru ini sebagai bagian dari strategi yang lebih luas yang ditujukan untuk intimidasi dan pencegahan, meskipun ia mengatakan tidak mungkin China akan benar-benar melakukan intervensi pada tahap ini.

"Beijing mungkin pada beberapa titik membuat keputusan bahwa situasi memerlukan intervensi militer terlepas dari biaya tinggi yang terlibat. Tapi kita belum pada saat ini," kata Ni.

Namun, menurutnya intervensi militer di Hong Kong tetap menjadi pilihan yang siap digunakan oleh China. "Kita seharusnya tidak mengabaikan kemungkinan ini, sesuatu yang hampir pasti memiliki konsekuensi tragis," ujar Ni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement