Kamis 15 Aug 2019 08:34 WIB

Cina Mobilisasi Paramiliter di Seberang Hong Kong

Cina menilai unjuk rasa Hong Kong sebagai tunas terorisme.

Pengunjuk rasa bereaksi terhadap gas air mata dari kantor polisi Shum Shui Po di Hong Kong, Rabu (14/8).
Foto: AP Photo/Vincent Yu
Pengunjuk rasa bereaksi terhadap gas air mata dari kantor polisi Shum Shui Po di Hong Kong, Rabu (14/8).

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Citra satelit menunjukkan ada mobilisasi kendaraan angkut personel lapis baja dan kendaraan lainnya milik paramiliter Cina. Perlengkapan militer tersebut ditempatkan di gelanggang olahraga di Shenzhen, yang lokasinya berseberangan dengan Hong Kong.

Citra satelit itu dikumpulkan pada Senin (12/8) oleh Maxar, perusahaan teknologi ruang angkasa yang berkantor di Amerika Serikat (AS). Citra tersebut menunjukkan ada sekurangnya 500 unit kendaraan militer Cina terparkir di lapangan sepak bola di Shenzhen Bay Sports Center, yang menghadap ke Pelabuhan Hong Kong.

Media di Cina mengatakan, mobilisasi tersebut hanyalah bagian dari latihan militer yang sudah direncanakan sebelumnya. Sejumlah video yang diunggah di media sosial pada Senin pagi lalu menunjukkan kendaraan militer Cina berduyun-duyun masuk ke Shenzhen. Media milik Pemerintah Cina, Global Times, mengunggah kompilasi video yang memperlihatkan truk-truk militer konvoi berbaris di Shenzhen.

Video propaganda itu menunjukkan sejumlah pengangkut personel lapis baja, truk, dan kendaraan lain milik Angkatan Kepolisian Bersenjata Rakyat Cina ada di jalan-jalan Kota Shenzhen. Mereka adalah polisi paramiliter yang bertanggung jawab atas pengendalian kerusuhan dan kontraterorisme.

Dalam laporan Global Times pada 6 Agustus, ada 12 ribu petugas polisi, tank, helikopter, dan kendaraan amfibi yang berkumpul di Shenzhen. Mereka tampaknya sedang melakukan latihan operasi antihuru-hara.

Namun, sejumlah pihak menilai mobilisasi ini menunjukkan ada ancaman dari Cina daratan untuk meningkatkan penggunaan kekuatan terhadap unjuk rasa pro demokrasi di Hong Kong. Mobilisasi alat militer ini juga terjadi hanya beberapa saat setelah Pemerintah Cina mengatakan bahwa unjuk rasa di Hong Kong menunjukkkan tunas terorisme. Hong Kong diguncang unjuk rasa pro demokrasi sejak dua bulan terakhir.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengaku intelijen AS memberi tahunya bahwa Cina sedang memobilisasi angkatan bersenjata ke Hong Kong. "Intelijen kami telah memberi tahu saya Pemerintah Cina memindahkan pasukan ke perbatasan dengan Hong Kong. Semua orang harus tenang dan aman!" cicit Trump di Twitter.

Bandara Hong Kong kembali beroperasi. Masakapai penerbangan milik Hong Kong, Cathay Pacific Airways, mengatakan, unjuk rasa telah menghentikan 272 penerbangan dan berimbas terhadap 55 ribu penumpang. Perusahaan ini juga telah memecat dua pilot yang ikut berunjuk rasa.

photo
Polisi antihuru-hara Hong Kong menahan seorang demonstran di Bandara Internasional Hong Kong, Selasa (13/8).

WNI aman

Pelaksana Tugas Konsul Jenderal Indonesia untuk Hong Kong, Mandala Sukarto Purba, mengatakan, sampai saat ini selain di bandara, kondisi Hong Kong baik-baik saja. Unjuk rasa baru-baru ini masih terpusat di bandara.

"Unjuk rasanya sekarang terjadi di bandara. Selain di bandara, daerah lain aman-aman saja," kata Mandala saat dihubungi Republika, Rabu (14/8).

Sejak pekan lalu pengunjuk rasa menduduki bandara. Kementerian Luar Negeri Indonesia pun mengeluarkan imbauan warga Indonesia untuk menunda perjalanan ke Hong Kong jika sifatnya tidak mendesak. "Masih berlaku, imbauan Konsulat Indonesia untuk keluarga WNI di Hong Kong," kata Mandala.

Mandala mengatakan, masyarakat dapat mencari informasi di grup Facebook KJRI. Di sana, kata Mandala, WNI di Hong Kong aktif berbagi informasi tempat tinggal mereka.

Sementara itu, kantor berita Reuters melaporkan, unjuk rasa yang terjadi selama beberapa pekan terakhir ini membuat banyak rakyat Hong Kong membeli peralatan keselamatan. Barang-barang yang diburu antara lain helm, masker gas, dan kacamata debu. n lintar satria/ap/reuters ed: yeyen rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement