Jumat 16 Aug 2019 06:06 WIB

Idul Adha di Wisconsin, Shalat Id Digelar Dua Kali

Shalat Id di negeri orang jadi momen berjumpa kaum Muslim dari berbagai negara.

Penulis, Endang Fourianalistyawati.
Foto: Endang Fourianalistyawati
Penulis, Endang Fourianalistyawati.

REPUBLIKA.CO.ID, Setahun lebih saya, Endang Fourianalistyawati, telah berada di negeri Paman Sam Amerika Serikat. Saya adalah mahasiswa S3 di School of Human Ecology, University of Wisconsin, Madison, di negara bagian Wisconsin. Saya melanjutkan studi untuk jenjang S3 dengan dukungan beasiswa dari Fulbright-DIKTI.

Berbeda dari jurusan Psikologi dan Psikologi Klinis yang saya ambil saat S1 dan S2, jurusan yang saya ambil kali ini sangat spesifik, yaitu Human Development and Family Studies, terutama untuk kesejahteraan ibu hamil. Ilmu saya ini nantinya bermanfaat untuk menyiapkan ibu hamil dalam menjalani dan melewati proses kehamilan hingga melahirkan dengan kesadaran sepenuhnya serta ketenangan pikiran.  

Dari hasil riset saya, para pakar yang berkecimpung khusus dalam bidang ini banyak mengajar di University of Wisconsin sehingga universitas ini menjadi pilihan utama saat mendaftar beasiswa dan di sinilah saya saat ini berada. Banyak pengalaman menarik selama berkuliah dan tinggal di Madison, namun kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya merayakan Iduladha di Amerika Serikat.

Salat Id bersama Komunitas Muslim di Madison

Saya mengawali perayaan Idul Adha 1440 Hijriah dengan menunaikan sholat Ied bersama komunitas Muslim Madinah Center di aula pameran kawasan Alliant Energy Center, Madison. Jadwal pelaksanaan sholat Ied dibagi menjadi dua, yaitu pada pukul 8 pagi dan 9.30 pagi untuk mengakomodasi jumlah jamaah yang membeludak.

Pertimbangan lain adalah bagi jamaah yang rumahnya jauh dari lokasi Alliant Energy Center dan tidak memungkinkan mengikuti salat Ied yang pukul 8 pagi, mereka bisa mengikuti jadwal salat Id yang kedua. Sepanjang pengamatan saya, salat Ied pertama, jamaahnya lebih banyak dan kumandang takbiran yang dilantunkan lebih panjang.

Bagi saya, momen salat Ied ini membuat saya bersemangat karena bisa menjadi momen untuk berjumpa dan bersilahturahmi dengan sesama Muslim dari berbagai negara seperti Muslimah dari Gambia yang mengenakan baju khas dan penutup kepala berwarna cerah.

Hal unik lain yang saya amati adalah adanya penjagaan dari personel polisi setempat baik di dalam maupun di luar aula demi kelancaran berlangsungnya salat Ied. Hal ini membuat saya dan rekan-rekan Muslim merasa aman dan nyaman dalam melaksanakan salat.

Setelah sholat Ied, saya dan beberapa rekan Muslim memutuskan kumpul bersama di restoran La Brioche untuk santap pagi karena siang hari saya akan berkumpul bersama komunitas Indonesia dan Muslim lainnya di sekitar lokasi tempat tinggal. Kebiasaan kami adalah saling bertandang ke rumah-rumah beberapa keluarga Indonesia untuk menyantap sajian khas Indonesia.

Tahun ini, saya menyiapkan hidangan Indonesia seperti opor ayam, dendeng balado, dan ayam sambal hijau. Memasak makanan Indonesia saat merantau adalah cara kami untuk menyemarakkan suasana lebaran kala jauh dari tanah air. Saat sedang berkumpul, kami juga memutar siaran langsung pelaksanaan haji dari Haramain Chanel, saluran TV yang menyiarkan langsung pelaksanaan haji dari Mekah dan bertakbir bersama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement