REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangan bom bunuh diri dalam sebuah pesta perkawinan di Kabul, Afghanistan disebut terkait dengan proses rekonsiliasi antara Amerika Serikat (AS) dan Taliban.
ISIS yang mengklaim bertanggungjawab atas serangan pada Ahad (18/8) itu tidak senang dengan rekonsiliasi AS-Taliban yang kian menunjukkan perkembangan positif.
Seperti dilaporkan Reuters, pada pekan lalu, AS dan Taliban, yang di-back-up pemerintah Afghanistan bernegosiasi untuk penarikan pasukan AS dari Afghanistan, mengakhiri perang bertahun-tahun yang tak kunjung selesai.
Sementara, ISIS yang memerangi semua pihak tak dilibatkan dalam negosiasi itu. Perwakilan misi AS di Afghanistan, Zalmay Khalilzad pun menekankan perlunya percepatan kesepakatan dengan Taliban untuk mengalahkan ISIS yang telah melakukan sejumlah serangan sejak 2014 lalu.
"Kesepakatan harus segera diselesaikan," kata Khalilzad seperti dikutip Reuters, Ahad.
Taliban sendiri mengutuk keras serangan yang menewaskan 63 orang dan menyebabkan 183 orang luka-luka itu.
Taliban diketahui telah berkonflik dengan AS sejak awal tahun 2001-an. Mereka ingin mengusir AS, tentara asing yang dianggap ikut campur.
Selama bertahun-tahun, negosiasi keduanya untuk mengakhiri perang berjalan alot. Pada 2019, perkembangan negosiasi tampak menunjukkan titik cerah. ISIS pun menjadi pihak yang tidak senang dengan negosiasi ini.