Senin 15 Nov 2021 15:50 WIB

Ledakan Bom Rakitan Mengguncang Kabul

Belum diketahui jumlah korban tewas dan terluka dalam ledakan yang diduga bom rakitan

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Seorang petugas kesehatan Afghanistan melihat melalui kaca jendela klinik yang hancur di depan rumah sakit militer, sehari setelah ledakan bom dan serangan oleh militan ISIS, di Kabul, Afghanistan, Rabu (3/11/2021).
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Seorang petugas kesehatan Afghanistan melihat melalui kaca jendela klinik yang hancur di depan rumah sakit militer, sehari setelah ledakan bom dan serangan oleh militan ISIS, di Kabul, Afghanistan, Rabu (3/11/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Warga Kota Kabul, Afghanistan mengatakan sebuah ledakan yang tampaknya dari bom rakitan meledak di daerah sebelah barat ibukota tersebut. Belum diketahui jumlah korban tewas dan terluka dalam peristiwa ini.

"Saya sedang sibuk dengan pembeli ketika ledakan mengguncang toko," kata penjaga toko di daerah Kote Sangi, Ahmad Murtaza, Senin (15/11).

Baca Juga

"Saya melihat orang-orang membawa korban-korban dari lokasi ledakan. Saya tidak tahu apakah mereka meninggal dunia atau terluka," tambahnya.

Dalam laporannya, stasiun televisi Tolo News mengutip pejabat keamanan yang tidak disebutkan namanya mengonfirmasi ledakan tersebut. Akan tetapi ia mengatakan tidak ada korban jiwa dalam ledakan itu.

Dua hari sebelumnya sebuah bom magnetik menghancurkan sebuah minibus di barat Kabul. Serangan yang diklaim ISIS itu menewaskan dan melukai beberapa orang.

Pada Sabtu (13/11) Aljazirah melaporkan satu orang tewas dan empat orang terluka dalam ledakan di Dasht-e Barchi, pinggir Kabul, daerah yang sebagian besar populasinya masyarakat syiah Hazara yang selama bertahun-tahun menjadi target serangan ISIS. Afghan Journalists Center melaporkan satu orang yang tewas dalam serangan tersebut adalah  Hamid Seighani.

Seighani adalah seorang jurnalis Afghanistan terkenal yang pernah bekerja di jaringan televisi Ariana. "Sayangnya, kami kehilangan satu reporter lagi," kata organisasi wartawan itu.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement