Senin 19 Aug 2019 12:49 WIB

Tren Voluntir di Negara Maju Picu "Industri" Panti Asuhan di Negara Berkembang

Jumlah anak-anak "yatim piatu" meningkat 6.000 persen di wilayah voluntir.

Rep: Madeline Palmer/ Red:
abc news
abc news

Anak muda Australia yang melakukan kerja sosial sambil berlibur di luar negeri kini diminta memikirkan kembali aktivitasnya karena telah memicu bertambahnya jumlah anak "yatim piatu" di negara berkembang.

Wisata Panti Asuhan

Menurut LSM Save the Children, di wilayah yang populer didatangi voluntir luar negeri seperti Bali, Thailand, dan Kamboja, jumlah anak-anak "yatim piatu" sudah meningkat 6.000 persen.

"Kebanyakan orang punya niat baik, jadi voluntir liburan sambil melakukan kegiatan sosial dianggap menarik. Pilihan yang disukai yaitu rumah yatim piatu," kata Karen Flanagan dari Save the Children.

"Mereka di negara berkembang melihat kesempatan ini dan mengambil anak-anak dari keluarganya, atau menjual anak-anak dari keluarga miskin, untuk memenuhi permintaan kunjungan voluntir ke rumah yatim piatu," jelasnya.

Menurut sebuah lembaga lain ReThink Orphanages, sekitar 80 persen anak-anak yang tinggal di panti asuhan negara berkembang bukanlah yatim piatu, atau paling tidak masih memiliki satu orangtua.

 

Di tahun 2015, perusahaan agen perjalanan internasional Intrepid Travel menjadi perusahaan besar pertama yang tidak lagi mengiklankan kunjungan ke panti asuhan bagi turis Australia.

"Intrepid Travel tidak menawarkan atau mendukung voluntourism, atau wisata panti asuhan," kata Leigh Barnes dari Intrepid Travel.

"Anak-anak bukanlah atraksi turis, dan tidak seharusnya diperlakukan seperti itu."

Karen Flanagan dari Save the Children menambahkan beberapa perusahaan sudah mendekati mereka untuk mencari liburan sambil bekerja sosial yang lebih etis.

"Banyak perusahaan sadar setelah berhubungan dengan ReThink Orphanages dan Save the Children. Mereka minta dibantu," katanya.

Pakar hukum internasional dari University of Western Australia Melanie O'Brien menyebutkan agen perjalanan harus bertanggung jawab atas program wisata panti asuhan yang mereka tawarkan.

"Perusahaan-perusahaan tersebut harus bertanya apakah dana dan sumber yang mereka keluarkan jatuh ke tangan mereka yang benar-benar membutuhkan," kata Dr O'Brien.

"Apakah warga lokal terlibat dalam program itu, apakah mereka bekerja, apakah mereka mendapat bayaran yang memadai."

ReThink Orphanages sudah menyusun daftar bagi para turis mengenai apa yang harus dilakukan untuk menghindari pengalaman buruk saat melakukan kegiatan voluntir.

Lihat berita selengkapnya dalam bahasa Inggris di sini

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement