Selasa 20 Aug 2019 04:08 WIB

Kekayaan Menurun, Miliarder Hong Kong Ajak Warga Akhiri Unjuk Rasa

Unjuk rasa berminggu-minggu telah mendatangkan malapetaka bagi investor.

Red:
abc news
abc news

Para taipan properti Hong Kong menanggung rugi. Pasar saham setempat semakin merosot dan sektor pariwisata di bekas koloni Inggris ini ikut terpukul ketika gerakan pro-demokrasi terus berlangsung.

Poin utama:

• Orang terkaya Hong Kong, Li Ka-shing, menyerukan diakhirinya protes

• Sepuluh orang terkaya di Hong Kong telah kehilangan miliaran sejak aksi unjuk rasa dimulai pada bulan Juni

• Ekonomi Hong Kong tumbuh pada laju tahunan paling lambat sejak 2008 di kuartal kedua 2019

 

Meski perang dagang AS-China memicu beberapa kerugian ini, unjuk rasa berminggu-minggu telah mendatangkan malapetaka bagi investor dan menyebabkan kerusakan reputasi besar terhadap wilayah semi-otonom ini sebagai kekuatan ekonomi.

Saat aksi unjuk rasa memasuki minggu ke-11 tanpa tanda-tanda melambat, analis memperkirakan Hong Kong akan mengalami resesi. Sekarang para miliarder di sana menyerukan agar protes berakhir.

Menurut Indeks Miliarder Bloomberg, kekayaan bersih dari 10 taipan terkaya, yang mendapatkan kekayaan mereka dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Hong Kong, telah merosot miliaran sejak protes dimulai pada Juni.

Orang terkaya Hong Kong, raja bisnis berusia 91 tahun Li Ka-shing, menjadi miliarder terbaru yang bergabung dengan kelompok pemrotes aksi unjuk rasa.

Li, yang dijuluki 'Superman' di Hong Kong, mengeluarkan iklan satu halaman penuh di sebagian besar surat kabar lokal, mendesak penghentian kerusuhan "atas nama cinta".

Iklan itu menampilkan kata dalam bahasa China untuk "kekerasan" dengan hiasan palang merah, diapit oleh slogan-slogan tentang mencintai China dan mencintai Hong Kong.

Pengusaha, yang memiliki kekayaan sekitar $ 39 miliar (atau setara Rp 390 triliun), ini mengakhiri iklan tersebut dengan ucapan "dari seorang warga Hong Kong, Li Ka-shing".

Penguasa properti

Ketika gerakan unjuk rasa berlangsung berlarut-larut, ada kekhawatiran bahwa sektor properti, yang merupakan kunci utama ekonomi lokal, bisa berada dalam bahaya.

Dikendalikan oleh miliarder mega-kaya, Hong Kong adalah rumah bagi real estat paling mahal di dunia, membuatnya jauh dari jangkauan banyak warganya.

Rata-rata, sebuah apartemen nano - seukuran tempat parkir - berharga sekitar 1.475 dolar AS (atau setara Rp 14,75 juta) per bulan untuk disewa. Sebagian besar pengunjuk rasa yang turun ke jalan adalah mahasiswa dan profesional muda.

 

Mereka memiliki sedikit harapan untuk bisa memiliki rumah sendiri, sehingga mengusik orang kaya dan berkuasa telah menjadi tujuan dari gerakan ini.

"Di Hong Kong, taipan properti mengendalikan pasokan tanah," kata analis yang berpusat di Shanghai, Andy Xie.

"Beijing mengandalkan para taipan di Hong Kong untuk memerintah tempat itu, sehingga Pemerintah tak benar-benar bertanggung jawab. Semua taipan memiliki hubungan langsung ke Beijing," kata Xie.

Apakah para miliarder Hong Kong mengiyakan penawaran Beijing, hal itu masih harus dilihat lebih lanjut.

"Mereka pikir para taipan ini akan menjaga perdamaian di Hong Kong, yang jelas bukan tujuan mereka. Tujuan mereka adalah menghasilkan uang sebanyak mungkin, secepat mungkin", kata Xie.

Ketika keuntungan mereka mulai turun, makin banyak tokoh properti Hong Kong mengkritik gerakan protes tersebut.

Swire Pacific, salah satu kerajaan bisnis keluarga terkaya Hong Kong, telah mengeluarkan pernyataan tegas yang mengutuk "kegiatan ilegal dan perilaku kekerasan" di sana, seraya melemparkan dukungannya terhadap pemerintah kota itu.

Bisnis keluarga, yang telah berusia lebih dari 200 tahun, ini adalah pemegang saham terbesar di Cathay Pacific, memiliki hotel-hotel mewah, menara perkantoran, dan pusat perbelanjaan kelas atas di seluruh kota.

Sun Hung Kai Properties, yang dikendalikan oleh keluarga terkaya ketiga di Asia, Kwoks, juga menyerukan agar kekerasan dihentikan dan agar tatanan sosial dipulihkan.

Taipan properti, Peter Woo, mantan CEO dari pengembang bernama Wheelock and Co, mengatakan para pengunjuk rasa harus mundur karena mereka sudah berhasil menggagalkan rancangan undang-undang ekstradisi.

"Ekonomi akan mengalami penurunan yang mendalam sebelum akhir tahun ini. Pasar properti akan jatuh besar. Sangat jelas ke mana arah ekonomi ini," kata Xie.

 

Sangat sedikit orang yang saat ini membeli properti di Hong Kong, menurut Mr Xie.

"Jika Anda melihat data harga, itu tak terlihat seperti situasi yang mengerikan. Tetapi pinjaman telah runtuh, jadi kapan penjual akan menyerah dan mulai memotong harga? Sulit dikatakan," katanya.

Buggle Lau menganalisis data untuk salah satu perusahaan real estat terbesar di Hong Kong, Midland Realty Services, dan mengatakan harga telah turun sekitar 2 persen sejak kerusuhan dimulai dengan pasar mewah yang paling terpukul.

"Pengembang telah memperlambat peluncuran terbaru mereka. Baik pembeli maupun penjual mengadopsi pendekatan melihat-lihat situasi," katanya.

Lau mengatakan transaksi perumahan turun lebih dari 50 persen bulan ini, dibandingkan dengan rata-rata bulanan tujuh bulan pertama tahun ini.

"Tetapi kami tak berbicara tentang keruntuhan besar di pasar properti Hong Kong seperti pada tahun 1997," katanya.

Turis juga menurun

Sektor pariwisata - biasanya cadangan Hong Kong ketika pasar berkinerja buruk - juga terpukul, dengan para wisatawan memilih untuk menjauh.

 

Menurut perusahaan analisis, ForwardKeys, dalam delapan minggu hingga 9 Agustus, pemesanan penerbangan ke Hong Kong dari pasar Asia turun lebih dari 20 persen pada tahun sebelumnya.

Pemesanan jarak jauh dari pertengahan Juni hingga pertengahan Agustus turun hampir 5 persen pada periode yang sama tahun lalu.

"Beraksi di bandara tersibuk keenam di dunia pasti memiliki dampak dan gambar-gambar itu menjadi viral," kata pendiri grup hotel Ovolo, Girish Jhunjhnuwala.

Ovolo menjalankan jaringan hotel butik di Hong Kong dan telah memperluas bisnisnya ke beberapa negara bagian di Australia.

"Dampaknya sekarang telah mencapai puncaknya. Ketika pertama kali dimulai, dampaknya tidak terlalu banyak, tapi saya pikir peristiwa baru-baru ini pasti berdampak terhadap pariwisata Hong Kong," katanya.

Jaringan hotel ini menyadari adanya peningkatan pembatalan, terutama dalam pemesanan grup.

"Biasanya pada periode seperti ini, hunian kami di tingkat 80 hingga 90 persen dan di hotel ini kami mungkin mengalami penurunan sekitar 60 hingga 65 persen," kata Jhunjhnuwala.

Simak informasi studi, bekerja, dan tinggal di Australia hanya di ABC Indonesia dan bergabunglah dengan komunitas kami di Facebook.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement