Selasa 20 Aug 2019 08:20 WIB

Pasca-aksi Damai, Demonstrasi Hong Kong Masih Berlanjut

Demonstran Hong Kong akan terus melakukan aksi hingga lima tuntutan mereka terpenuhi.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Ratusan siswa dan guru melakukan aksi unjuk rasa di Hong Kong, Sabtu (17/8).
Foto: AP Photo/Vincent Yu
Ratusan siswa dan guru melakukan aksi unjuk rasa di Hong Kong, Sabtu (17/8).

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Aksi protes Hong Kong akan tetap berlanjut pekan ini, setelah para pengunjuk rasa melakukan aksi damai, Ahad (18/8). Aksi damai tersebut diikuti sekitar 1,7 juta orang. Hal ini menunjukkan gerakan aksi protes memiliki dukungan yang luas.

Dalam beberapa bulan terakhir, eskalasi aksi protes Hong Kong meningkat. Para demonstran menduduki ruang-ruang publik seperti stasiun dan bandara sehingga mengganggu aktivitas warga. Bentrokan antara demonstran dan polisi tak dapat dihindari. Bahkan beberapa aktivis juga menyerbu badan legislatif dan Kantor Penghubung utama China di Hong Kong.

Baca Juga

Para demonstran memiliki lima tuntutan, yaitu pencabutan rancangan undang-undang ekstradisi, menghentikan deskripsi aksi protes sebagai kerusuhan, mengabaikan tuduhan terhadap aktivis yang ditangkap, penyelidikan independen, dan dimulainya kembali reformasi politik. Dalam "citizen's press conference" yang digelar oleh para demonstran, mereka menyatakan akan tetap melakukan aksi hingga lima tuntutan tersebut terpenuhi.

"Kami telah memulai aksi unjuk rasa dengan sangat damai, tetapi setelah dua setengah bulan tampaknya pemerintah Hong Kong belum menanggapi lima tuntutan kami sehingga satu hal mengarah ke yang lain dan itu dapat menyebabkan eskalasi. Jika Anda bertanya kepada saya, saya pribadi berharap akan ada resolusi cepat untuk ini dari pemerintah sehingga kami tidak perlu protes lagi," kata salah satu demonstran bernama Wang dalam konferensi pers.

Dalam sebuah pernyataan, pemerintah Hong Kong mengatakan, hal yang paling penting saat ini adalah memulihkan ketertiban sosial dan memulai pembicaraan dengan para demonstran. Keharmonisan akan kembali terbangun jika semua pihak tenang.

Sementara itu, tabloid nasionalis Cina, The Global Times menghubungkan aksi damai pada akhir pekan lalu dengan kehadiran pasukan paramiliter Cina yang telah melakukan latihan di Shenzhen. Tabloid tersebut melaporkan, hal ini secara luas dinilai sebagai peringatan keras terhadap unsur-unsur kekerasan di Hong Kong.

Editorial surat kabar People's Daily milik Partai Komunis Cina memberikan peringatakn bahwa aksi protes di Hong Kong telah dipengaruhi pihak asing. Beijing menuding beberapa negara termasuk Amerika Serikat (AS) menjadi dalang di balik kerusuhan Hong Kong.

Presiden AS Donald Trump mengisyaratkan Gedung Putih ingin melihat Beijing menyelesaikan protes sebelum dua ekonomi terbesar dunia dapat mencapai kesepakatan perdagangan. "Saya ingin melihat Hong Kong bekerja dengan cara yang sangat kemanusiaan. Saya pikir itu akan sangat baik untuk kesepakatan perdagangan," kata Trump.

Demonstrasi lebih lanjut direncanakan dalam beberapa minggu mendatang. Dalam aksi protes lanjutan tersebut rencananya akan diikuti oleh komunitas Kristiani dan kelompok akuntan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement