Sabtu 24 Aug 2019 08:33 WIB

'Ini Tidak Seharusnya Terjadi di Negara Maju'

Jaringan tranportasi di kota terbesar di Australia Sydney mengalami kelumpuhan

Red:
abc news
abc news

Jaringan tranportasi di kota terbesar di Australia Sydney mengalami kelumpuhan hari Jumat (23/8/2019) pagi setelah sebuah kereta yang mogok di Town Hall Station harus diperbaiki sehingga jaringan listrik harus dimatikan.

Terjadi kelambatan parah di jaringan kereta T1, T2, T3, T8 dan T9 dan sedikitnya 16 pembatalan perjalanan. Sejunmlah komuter mengaku terjebak di dalam kereta selama dua jam.

Juru bicara Sydney Train mengatakan sebuah jaringan kereta di Town Hall mengalami masalah setelah salah satu bagian atapnya yang terletak tidak jauh dari kabel listrik terlepas.

Mereka yang sudah berada di pusat kota diminta untuk menggunakan bus, namun kekacauan tetap saja terjadi dimana-mana.

Antrian untuk menaiki bus pengganti tampak sangat panjang melebihi seratusan meter di beberapa stasiun termasuk di Wynyard, Newtown dan Rhodes.

Perbaikan atas kerusakan kereta tersebut sudah diselesaikan jam 9 pagi, namun keterlambatan kereta ini diperkirakan akan terus berlanjut sampai tengah hari.

 

Seorang komuter Mick Bock mengatakan dia akhirnya turun di Stasiun Newtown, setelah kereta tidak bergerak selama satu jam.

"Perjalanan saya dari Lewisham ke Central biasanya hanya 15 menit, namun setelah 45 menit, masinis kereta mengatakan kami harus turun di Newtown, karena kemacetan bertambah parah." katanya Bock.

"Untung bos saya orangnya pengertian dan baik karena hal seperti ini selalu terjadi."

 

Di Twitter seorang penumpang mempertanyakan bagaimana hal seperti ini bisa terjadi di negara maju seperti Australia.

"Saya tidak habis pikir bagaimana kerusakan yang terjadi di satu kereta bisa membuat seluruh sistem jaringan lumpuh."

"Terjadi di negara maju, di Sydney. Ini bukan hal yang normal dan bisa diterima." tulisnya.

Karena lumpuhnya sistem kereta dan antrian panjang di bus, permintaan akan taksi termasuk Uber juga meningkat dan karenanya juga meningkat tajam.

Seorang komuter mengatakan kepada ABC, bahwa Uber meminta bayaran $AUD 66 (sekitar Rp 660 ribu) untuk perjalanan yang hanya 2.6 kilometer.

Penumpang lain meminta agar mereka mendapat kompensasi karena sudah membayar karcis kereta setiap hari yang biasanya sekitar Rp 100 ribu per hari.

Direktur Eksekutif Sydney Trains Howard Collins meminta maaf atas kekacauan tersebut dan mengakui sistem yang ada sudah 'kuno'.

"Karena sistem yang kami punyai sudah kuno, kami harus mengirim petugas masuk ke dalam terowongan untuk menekan tombol guna mematikan listrik di peron tersebut."

 

Lihat berita selengkapnya dalam bahasa Inggris di sini

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement