REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada Jumat (23/8) mengatakan bahwa Jepang masih mengharapkan Korea Selatan untuk menepati janjinya pada masalah kontroversial tentang kerja paksa pada masa perang dengan membangun kembali kepercayaan antarnegara.
Komentar disampaikan Abe menyusul pengumuman Korea Selatan pada Kamis (22/8) bahwa Korsel mengakhiri perjanjian berbagi intelijen dengan Jepang. Hal itu terkait perselisihan soal kompensasi bagi para Korea Selatan yang dipaksa menjadi tenaga kerja pada masa perang selama pendudukan Jepang di Korea.
Hubungan antara kedua negara bertetangga di Asia Timur itu mulai memburuk pada akhir tahun lalu. Hal itu setelah Mahkamah Agung Korea Selatan memerintahkan perusahaan-perusahaan Jepang untuk memberi ganti rugi bagi sebagian dari pekerja paksa pada masa perang.
Jepang mengecam keputusan tersebut dengan mengatakan bahwa masalah itu telah diselesaikan melalui perjanjian 1965 soal normalisasi hubungan.