Kontroversi kembali muncul di Australia berkenaan dengan perbedaan gaji yang didapat oleh para eksekutif dan pejabat pemerintahan yang mengalami kenaikan tinggi dibandingkan dengan gaji pegawai biasa.
Hari Selasa (17/8/2019) dua berita mendominasi pemberitaan di Australia yaitu kenaikan gaji Menteri Utama negara bagian Victoria Daniel Andrews, dan pemimpin oposisi serta seluruh anggota parlemen negara bagian tersebut.
Di saat yang bersamaan juga muncul daftar gaji yang diterima para CEO perusahaan besar di Australia dengan gaji CEO maskapai nasional Qantas Alan Joyce tahun lalu 270 kali lebih tinggi dibandingkan rata-rata pendapatan pekerja.
Kenaikan pendapatan Daniel Andrews sebesar 11,8 persen membuatnya akan mendapat penghasilan sebesar $ 441 ribu lebih (sekitar Rp 4 miliar) sehingga menjadikannya menteri utama yang mendapat gaji paling tinggi se-Australia.
Selain kenaikan untuk Daniel Andrews dan pemimpin oposisi Michael O'Brien yang mendapat kenaikan gaji sehingga akan berpenghasilan sekitar Rp 3,5 miliar setahun.
Kenaikan ini mendapat kecaman karena sebelumnya pemerintahan partai Buruh di Victoria ini hanya menyetujui kenaikan gaji dua persen setahun bagi para pegawai negeri di sektor layanan publik.
Kenaikan gaji untuk para politisi tersebut bukan dilakukan oleh mereka sendiri, namun oleh sebuah badan independen bernama Tribunal Renumerasi Independen Victoria.
Badan ini dibentuk tahun lalu untuk menentukan seberapa besar kenaikan gaji yang pas untuk para politisi setiap tahunnya setelah adanya skandal yang melibatkan mantan ketua parlemen Victoria Telmo Languiller dan wakilnya Don Nardella.
Kenaikan juga diberikan kepada seluruh anggota paerlemen dengan kenaikan rata-rata 3,5 persen sehingga pendapatan mereka nantinya adalah sekitar Rp 1,8 miliar per tahun, atau sekitar Rp 150 juta per bulan.
Dengan kenaikan tersebut, anggota parlemen Victoria merupakan anggota parlemen yang memiliki gaji ketiga tertinggi di Australia.
Menteri Utama Daniel Andrews sendiri mendapat gaji tertinggi di kalangan menteri utama dan hanya kalah dari Perdana Menteri Scott Morrison yang mendapat penghasilan lebih dari Rp 5 miliar per tahun.
Dalam reaksinya, kalangan serikat pekerja di Victoria telah mendesak pemerintah pimpinan Daniel Andrews untuk menolak usulan kenaikan gaji tersebut.
"Kami berpendapat bahwa pemerintah harus menolak kenaikan tersebut bila mereka ingin tetap mempertahankan kebijakan kenaikan gaji 2 persen untuk pekerja di sektor publik." kata Lisa Darmani, sekretaris Serikat Pekerja Australia Sertvices Union.
"Kami pikir seharusnya mereka juga menerapkan standar untuk pekerja umum terhadap diri mereka sendiri."
"Pekerja kami ingin pemerintah menghargai mereka. Ini adalah soal persamaan. kami kira kerja pegawai publik penting, kerja Menteri Utama juga penting, dan mereka harus dihargai dengan cara yang sama."
Menanggapi kenaikan gaji para anggota parlemen tersebut salah satu media utama di Melbourne Herald Sun memuatnya sebagai berita utama.
"Rumah Hipokrit" demikian judul berita Herald Sun hari Rabu (18/9/2019) .
Para politisi menikmati kenaikan gaji tinggi sementara mereka menyerukan kepada para pekerja untuk mengencangkan ikat pinggang." lanjut tabloid tersebut.
Pendapatan para CEO di Australia
Rata-rata pendapatan pekerja di Australia saat ini adalah $AUD 86 ribu per tahun atau sekitar Rp 860 juta.
Namun angka yang dikeluarkan oleh sebuah lembaga hari Selasa menunjukkan bahwa pendapatan para eksekutif perusahaan besar di Australia ratusan kali lipat dibandingkan pendapatan pekerja biasa.
CEO yang mendapat penghasilan tertinggi di tahun 2018-2019 adalah Alan Joyce, direktur utama maskapai penerbangan nasional Australia Qantas.
Keseluruhan penerimaan yang diperoleh Joyce termasuk saham dan bonus yang diterimanya tahun lalu berjumlah $AUD 23 juta (lebih dari Rp 230 miliar).
Ini 276 kali lebih tinggi dari pendapatan yang didapat para pekerja umumnya di sini.
Jumlah ini bersama dengan 9 CEO lainnya yang masuk dalam 10 besar, rata-rata menunjukkan pendapatan mereka selama setahun adalah di atas Rp 100 miliar.
Menurut lembaga yang mengeluarkan peringkat pendapatan para CEO tersebut Australian Council of Superannuation Investors (ACSI), sudah waktunya Australia mengikuti jejak Inggris untuk menentukan pendapatan eksekutif yang dibandingkan dengan gaji pegawai di perusahaan mereka sendiri.
Simak berita-berita lainya dari ABC Indonesia