Jumat 20 Sep 2019 15:18 WIB

Pengikut Misionaris Australia Bakar Benda Keramat Aborigin

Misionaris ini menjanjikan bisa menghidupkan orang mati dan mengecam budaya Aborigin

Rep: Erin Parke/ Red:
abc news
abc news

Seorang misionaris Kristen telah memicu gelombang kemarahan di pedalaman Australia, dengan menjanjikan bisa menghidupkan orang mati serta mengecam budaya tradisional Aborigin sebagai pemujaan setan.

Investigasi ABC menemukan adanya pembakaran artefak keramat Aborigin oleh para pengikuti misionaris itu di daerah Kimberley. Misionaris tersebut adalah seorang pendeta Pantekosta asal Tonga, Ana Makahununiu.

Seorang pemuka Aborigin yang juga senator Australia Pat Dodson menyebut misionaris ini sama sekali tidak kredibel dan tak memahami kitab suci Injil. Dia mengecam penghancuran artefak tradisional Aborigin sebagai "perbuatan keparat".

Namun warga setempat yang kini jadi pengikut Kristen menyatakan itu keputusan mereka sendiri dan mengaku menemukan kedamaian dan kebahagiaan.

 

Salah satu komunitas Aborigin di Wangkatjungka mengalami ketegangan setelah puluhan warga dibaptis dan jadi pengikut Ana Makahununiu pada tahun 2015. Warga setempat memanggilnya "nabi" dan menyakini bahwa orang ini merupakan utusan Tuhan.

Hanya berselang setahun sejak Ana tiba di sana, para pengikutnya mulai membuat api unggun untuk menghancurkan objek-objek "setan". Menurut salah satu warga, "iblis" telah menyebabkan gangguan dan kekerasan dalam masyarakat setempat.

Sebuah video yang diperoleh ABC menunjukkan warga bersorak saat artefak-artefak itu dilemparkan ke dalam api. "Sekarang kami membuang semua hal yang membuat kami berada dalam perbudakan," ujar seorang warga.

Mulanya para pengikut Ana itu hanya membakar barang-barang yang mereka anggap berkaitan dengan "perilaku dosa", seperti tembakau bagi seorang perokok.

Lalu, para pengikut wanita mulai membakar gaun tradisi yang biasa mereka kenakan sedangkan pengikut pria menghancurkan senjata warisan dari leluhurnya.

Belakangan, para pengikut Ana itu mengarahkan sasaran pada sebuah tempat "upacara adat" bagi anak-anak yang beranjak dewasa.

"Kami punya mobil, Landcruiser saya," kata seorang wanita. "Lalu kita perlahan memindahkannya, semua serpihan, seperti kaleng segalanya, seperti tiang."

Dianggap nabi

 

Para pengikut Ana Makahununiu mengaku dengan senang hati menanggung makanan dan akomodasi bagi pendeta tersebut di Wangkatjungka selama tiga tahun.

Ana sendiri kini tinggal di Sydney, menjadi pendeta di Gereja Pentakosta Homebush.

Dia juga bekerja paruh waktu, meskipun mengakui dirinya tidak diperbolehkan bekerja di Australia karena status visanya.

Kepada ABC, Ana berdalih bahwa dia tidak pernah menyuruh warga Wangkatjungka untuk membakar benda-benda suci Aborigin.

Namun Ana mendukung keputusan warga di sana untuk membersihkan komunitasnya dari kejahatan.

"Fokus saya adalah mereka yang kecanduan narkoba atau alkohol, perokok, semuanya," katanya.

"Kebanyakan dari mereka itu kemudian merasa bahagia," katanya.

Ana mulai menganggap kepercayaan tradisional Aborigin sebagai bentuk pemujaan setan setelah tiba di Kimberley.

"Sat mereka bicara mengenai roh-roh, saya bisa pastikan itu semua roh jahat," ujarnya.

"Saya melihat semua itu terkait dengan sihir. Bukan dari Tuhan. Semua itu dari setan," jelas Ana.

Seorang warga Aborigin Olive Knight membenarkan hal itu. "Roh-roh yang saya tumbuh bersamanya, sangat ketat, penuh ketakutan, selalu meminta pembalasan," ujarnya.

Ana Makahununiu sendiri berencana kembali ke Kimberley, lengkap dengan tim misionaris dari Sydney.

"Kami berencana datang lagi ke Wangkatjungka, dan saya percaya kini kami bisa mempersatukan semua orang."

Misionaris Pentakosta semakin marak

Para misionaris Kristen sudah lama ingin mengasimilasi orang Aborigin di Kimberley, dan melarang mereka mempraktikkan kepercayaan tradisionalnya.

Menurut Peter Murray dari Yanunijarra Aboriginal Corporation, sejumlah pendeta Pentakosta tidak memahami budaya pribumi dan malah menghancurkannya.

"Orang di Kimberley pindah ke gereja-gereja lain," kata Peter yang juga seorang Kristen.

Pentakostalisme merupakan aliran Kristen di balik gereja besar seperti Hillsong dan Gereja Horizon, yang diikuti Perdana Menteri Scott Morrison.

 

Jumlah pengikut Pentakosta tumbuh sekitar 20 persen hingga 2016, sedangkan aliran Kristen lainnya justru menyusut.

Pentakostalisme yang berkembang di pedalaman Australia mengajarkan interpretasi kitab suci yang lebih literal dan fokus pada kemampuan Tuhan memengaruhi perubahan dunia nyata bagi pengikutnya.

Praktek-praktek seperti kesurupan yang dialami para jamaah saat berdoa pun semakin sering ditemui.

Penetrasi ke masyarakat Aborigin

Salah satu gereja Pantekosta Forward in Faith telah menyebar ke Kimberley dalam beberapa tahun terakhir.

Gereja ini didirikan di Zimbabwe, dan kini memiliki 68 cabang di Australia, kebanyakan di masyarakat Aborigin Australia Barat dan Australia Utara.

Kepada ABC, salah satu pemuka gereja Kenneth Chihwayi menyatakan kepercayaan Aborigin tidak cocok dengan kepercayaan Kristen.

"Kami tidak menyentuh budaya mereka, tapi kita akan melihat pelan-pelan mereka akan menghentikan budayanya, karena ada beberapa hal buruk dalam budaya mereka yang tidak cocok dengan kepercayaan Kristen," katanya.

"Mereka memakai narkoba, minum miras, melanggar pernikahan, penuh kepahitan, semua hal ini," katanya.

"Kami mengkhotbahkan cinta Tuhan, dan saat orang menerima cinta Tuhan di dalam dirinya, dia memutuskan berhenti minum. Begitulah cara kami berhasil menembus masyarakat Aborigin," tambahnya.

Chihwayi percaya gerejanya berada di posisi yang tepat untuk menarik masyarakat Aborigin.

"Secara umum, orang Aborigin tidak mempercayai orang kulit putih," katanya.

"Mereka menganggap orang Afrika sebagai saudara, jadi mereka terbuka ke kami," tambahnya.

Seorang warga Aborigin, Gordon Marshall, menyebut gereja ini menyasar orang yang memang rentan.

Dia menyebut salah satu insiden paling mengganggu yaitu upaya orang Kristen di Kimberley untuk menghidupkan kembali bayi dari kematian.

Membangkitkan orang mati

 

Salah satu kepercayaan yang dianut para pengikut gereja tersebut di kalangan komunitas terpencil yang dikunjungi ABC, yaitu bahwa orang mati bisa dihidupkan kembali melalui doa.

Sumber ABC menggambarkan kejadian menyedihkan di salah suatu pemakaman pada tahun 2015, ketika para pengikut Pantekosta berusaha menghidupkan seorang bayi yang meninggal karena penyakit.

Konon pemakaman mayat anak itu sampai ditunda beberapa jam ketika para jamaah bernyanyi-nyanyi, menari dan berdoa agar bayi itu hidup kembali.

Sumber itu menjelaskan bahwa inisiatornya adalah pendeta pada Gereja Forward in Faith.

Namun jurubicara gereja ini menyatakan pihaknya tidak mengetahui kejadian itu. Dia menyebut bahwa membangkitkan orang mati bukanlah "bagian dari Injil yang kami kabarkan".

Pendeta yang diduga melakukan hal ini, katanya, sedang cuti selama dua tahun, dan tindakannya itu bukan atas nama gereja.

Bagi Senator Dodson, janji-janji keagamaan yang bisa menyelesaikan kemiskinan itu berbahaya dan menyesatkan.

"Yang terpenting adalah mengadakan mendapatkan pendidikan yang efektif dan nyata di daerah tersebut," katanya.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement