Senin 30 Sep 2019 07:13 WIB

Carrie Lam akan Rayakan Hari Nasional China di Beijing

Bentrokan kembali terjadi di Hong Kong, Ahad (29/9).

Pemimpin Ekssekutif Hong Kong Carrie Lam berbicara dalam sesi dialog dengan publik terpilih Hong Kong di Queen Elizabeth Stadium, Hong Kong, Kamis (26/9). Lam dicerca publik selama dua jam.
Foto: AP Photo/Kin Cheung
Pemimpin Ekssekutif Hong Kong Carrie Lam berbicara dalam sesi dialog dengan publik terpilih Hong Kong di Queen Elizabeth Stadium, Hong Kong, Kamis (26/9). Lam dicerca publik selama dua jam.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Kepolisian Kong Kong menembakkan gas air mata untuk membubarkan demonstran antipemerintah, Ahad (29/9), menyusul pengumuman sang pemimpin, Carrie Lam, akan merayakan Hari Nasional di Beijing, China daratan pada 1 Oktober mendatang.

Dia akan berangkat ke Beijing pada Senin (30/9) dan dijadwalkan kembali ke Hong Kong pada Selasa malam (1/10) melalui jalur darat untuk menghindari kemungkinan bentrokan terjadi di bandara. Bandara menjadi sasaran paling populer bagi para pengunjuk rasa.

Baca Juga

Sebelumnya, Lam telah mengirimkan undangan untuk upacara pengibaran bendera dan peringatan hari berdirinya China yang ke 70 tahun di Convention and Exhibition Centre di Wan Chai. Belum jelas apa yang membuat Lam berubah pikiran hingga dirinya sendiri tidak akan menghadiri perayaan itu dan malah akan diwakilkan oleh Kepala Sekretaris Administrasi, Matthew Cheung Kin-chung.

Bentrokan di kawasan perbelanjaan Causeway Bay itu terjadi setelah malam sebelumnya pertikaian disertai kekerasan juga pecah antara polisi dengan demonstran prodemokrasi. Beberapa toko tutup karena telah menduga demonstrasi lanjutan masih akan muncul, sementara pengelola kereta MTR akan memangkas layanannya.

Para pengunjuk rasa menyuarakan slogan antipemerintah di salah satu pusat perbelanjaan. Pengunjuk rasa yang pro-China menyanyikan lagu kebangsaan China di Puncak Victoria dalam kondisi sinar matahari yang terik.

Sekitar 200 orang pro-China berpakaian kaos merah berkumpul di puncak tersebut pada tengah hari. Selain menyanyikan lagu kebangsaan China, mereka juga menyuarakan "I love China."

Seorang demonstran dengan tempelan bendera China di pipi, yang merupakan ibu rumah tangga berusia 40 tahun, Angela, menyebut para pengunjuk rasa prodemokrasi adalah penjahat. "Jika pemerintah mengambil langkah kekerasan tanpa menjadikan kami sasaran, kami telah cukup menoleransi. Saya kira saya merasa emosional di sini karena kerusuhan itu membuat tidak aman untuk pergi keluar," kata Angela.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement