Rabu 02 Oct 2019 10:36 WIB

Usai Penembakan, Hong Kong Bersiap Hadapi Demonstrasi Besar

Kejadian itu membuat gelombang kemarahan baru bagi para demonstran.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Polisi antihuru-hara di jalanan Hong Kong, Selasa (1/10).
Foto: AP Photo/Vincent Thian
Polisi antihuru-hara di jalanan Hong Kong, Selasa (1/10).

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Unjuk rasa di Hong Kong akan bergolak semakin besar dan luas, Rabu (2/10). Akan lebih banyak protes terjadi setelah peristiwa penembakan demonstran remaja oleh polisi, Selasa (1/10).

Protes antipemerintah berubah menjadi bentuk kekerasan baru setelah peristiwa unjuk rasa di momen peringatan perayaan ke-70 tahun berdirinya Republik Rakyat China pada 1 Oktober. Pada hari itu, pengunjuk rasa turun di Hong Kong dan berhadapan dengan polisi antihuru-hara.

Baca Juga

Dalam unjuk rasa itu, polisi menembakkan gas air mata dan meriam air ke demonstran yang melempari bom bensin. Mereka saling berhadapan di daerah yang tersebar dari distrik perbelanjaan populer Causeway Bay ke area Admiralty di kantor pemerintah, sampai pelabuhan ke Kowloon dan menuju Wilayah Baru.

Kekacauan itu membuat pengunjuk rasa dipukul mundur dengan peluru kosong dan peluru karet. Para petugas keamanan pun menembakkan peluru tajam di udara, tetapi, di momen tersebut pertama kalinya seorang demonstran ditembak dengan peluru langsung.

Kejadian itu membuat gelombang kemarahan baru bagi para demonstran. Mereka bersiap melakukan unjuk rasa lebih luas untuk menanggapi perlawanan kekerasan yang telah menelan korban begitu banyak, termasuk korban tembakan langsung.

Murid sekolah menengah di Hong Kong merencanakan memboikot kelas secara serempak pada Rabu. Keputusan itu diambil sebagai tanggapan atas penembakan remaja berusia 18 tahun yang terekam dalam sebuah video.

Polisi mengatakan, petugas yang melakukan tembakan itu berada di bawah ancaman serius dan bertindak sesuai dengan pedoman resmi. Korban tembak, menurut polisi, masih dalam keadaan sadar ketika dibawa ke rumah sakit.

Pada Rabu pagi, semua stasiun MRT buka untuk mengagut penumpang, meskipun beberapa jalur berjalan lebih lambat dari biasanya. Kondisi itu dipengaruhi perbaikan kerusakan fasilitas.

Sebelum ini, MTR Corp menutup hampir 50 stasiun untuk menghentikan pengunjuk rasa bergerak pada Selasa. Atas penutupan itu, operator kereta ini menjadi target vandalisme. Demonstran telah meningkatkan serangan terhadap MTR karena menutup stasiun atas perintah pemerintah.

Protes yang sudah berjalan beberapa pekan ini membuat Hong Kong jatuh dalam krisis politik terbesarnya dalam beberapa dasawarsa. Perlawanan itu menimbulkan tantangan yang paling parah kepada Presiden China Xi Jinping sejak berkuasa.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement