Rabu 02 Oct 2019 12:06 WIB

Ratusan Siswa Hong Kong Lakukan Aksi Duduk Protes Penembakan

Tsang Chi-kin ditembak peluru dari jarak dekat pada unjuk rasa.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Rekan sekolah Tsang Chi-kin, pria yang ditembak polisi Hong Kong, melakukan aksi duduk di sekolah mereka, rabu (2/10).
Foto: Susana Vera/Reuters
Rekan sekolah Tsang Chi-kin, pria yang ditembak polisi Hong Kong, melakukan aksi duduk di sekolah mereka, rabu (2/10).

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Ratusan siswa dan massa berkaus hitam Rabu (2/10) melakukan aksi duduk di luar sekolah seorang pemrotes berusia 18 tahun yang ditembak polisi, Rabu (2/10).

Tsang Chi-kin ditembak peluru dari jarak dekat pada unjuk rasa di momen peringatan kemerdekaan Cina, Selasa (1/10). Dia mengalami luka di dada dan polisi menyatakan kondisinya saat ini sudah stabil.

Baca Juga

Pertempuran berkecamuk selama berjam-jam di berbagai daerah kota ketika kelompok pengunjuk rasa melemparkan batu dan bom molotov. Polisi merespons sebagian besar dengan gas air mata, peluru karet, dan meriam air.

Tsang ditembak selama pertempuran di distrik Tsuen Wan, setelah pengunjuk rasa mengacungkan tiang dan payung mengepung polisi. Seorang petugas menembakkan senjatanya dari jarak dekat ke dadanya.

Dalam video yang beredar luas, Tsang terlihat menyerang petugas dengan sebuah tiang saat dia ditembak. Setelah kejadian itu, dia dibawa ke rumah sakit terdekat dalam kondisi kritis.

"Menurut informasi terbaru dari Otoritas Rumah Sakit, kondisi pria saat ini stabil," kata pemerintah dalam sebuah pernyataan. 

Laporan DW menyatakan, polisi Hong Kong membela keputusan tersebut, dengan mengatakan petugas tersebut khawatir akan nyawanya. "Dalam rentang waktu yang sangat singkat ini, dia membuat keputusan dan menembak si penyerang," kata Kepala Polisi Stephen Lo.

Lo mengatakan, polisi akan menyelidiki keadaan penembakan itu. Korban, menurut Lo, tidak hanya terjadi para demonstran saja, sebanyak 25 petugas terluka dalam bentrokan itu, termasuk beberapa yang menderita luka bakar kimia akibat cairan korosif yang dilemparkan para pemrotes.

Tapi, kelompok-kelompok yang terlibat dalam unjuk rasa tersebut mengatakan, petugas menyerbu ke perkelahian dengan senjata api. Mereka pun mengutuk meningkatnya penggunaan peluru langsung ketika menangani kerusuhan yang terjadi.

Atas peristiwa itu, siswa sekolah menengah sedang merencanakan boikot kelas massal. Di luar sekolah Tsang, para siswa meneriakkan slogan-slogan dan memegang gambar-gambar kejadian, diambil dari video yang diunggah di Facebook.

"Tidak ada perusuh, hanya tirani," teriak mereka, di samping slogan-slogan protes populer. Seorang aktivis duduk di sebelah tanda yang bertuliskan "Dengan air mata darah dan keringat kita akan melangkah maju."

Seorang rekan dan teman sekelas Tsang, Marco mengatakan, temannya adalah pemain bola basket yang marah dengan kebebasan yang dikekang dan sikap polisi ketika menanggapi protes. "Jika dia melihat ada masalah atau sesuatu yang tidak adil, dia akan menghadapinya dengan berani, berbicara menentangnya, bukannya diam-diam," katanya.

Sebanyak 96 orang diperkirakan akan dibawa ke pengadilan pada Rabu pagi waktu setempat. Mereka menghadapi tuduhan kerusuhan sehubungan dengan protes yang diadakan bulan lalu. Mereka menghadapi hukuman 10 tahun penjara jika terbukti bersalah.

Tuntutan utama gerakan protes adalah penyelidikan independen terhadap tindakan polisi, amnesti bagi mereka yang ditangkap, dan hak pilih universal. Sedangkan Cina dan pemimpin Hong Kong Carrie Lam mengatakan tidak mau memenuhi tuntutan itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement