Kamis 03 Oct 2019 08:57 WIB

Jurnalis Indonesia yang Ditembak Peluru Karet Buta Permanen

Dokter menyatakan mata kanan Veby kehilangan penglihatannya.

Wartawan Indonesia Veby Mega Indah menerima tindakan medis darurat ketika matanya ditembak peluru karet polisi Hong Kong, Ahad (29/9).
Foto: Reuters
Wartawan Indonesia Veby Mega Indah menerima tindakan medis darurat ketika matanya ditembak peluru karet polisi Hong Kong, Ahad (29/9).

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Jurnalis Indonesia Veby Mega Indah harus kehilangan penglihatan mata kanannya. Pengacaranya mengatakan mata kanan Veby buta permanen akibat tembakan peluru karet polisi saat ia meliput aksi protes Hong Kong.

Dia saat itu meliput demonstrasi yang terjadi Ahad lalu ketika peluru merusak kacamata pelindungnya. Video insiden itu menunjukkan polisi menembakkan peluru karet ke sekelompok peserta aksi dan wartawan di kaki jembatan di wilayah Wan Chai.

Baca Juga

Dilansir di BBC, Kamis (2/10), pengacara Veby, Michael Vidler mengatakan peluru mengenai kacamata kliennya dari jarak sekitar 12 meter dan melukai kedua matanya. Dia sempat dirawat petugas medis di lapangan, kemudian dibawa ke rumah sakit.

Dokter menyatakan mata kanannya mengalami buta permanen, Rabu. Veby bekerja untuk surat kabar berbahasa Indonesia Suara. Saat meliput, Veby mengenakan rompi berwarna mencolok yang mudah dikenali dan helm. Di rompi dan helm tersebut terdapat tulisan 'Pers'.

Wartawan lain sempat berteriak "Jangan tembak, kami jurnalis", sesaat sebelum Veby ditembak. Konsulat Jenderal di Hong Kong memperingatkan warga Indonesia di Hong Kong menghindari area Wan Chai dan lokasi lain tempat aksi protes terjadi.

Direktur Migrant Care Anis Hidayah mengatakan pemerintah Hong Kong harus bertanggung jawab atas insiden tersebut. "Pemerintah Indonesia melalui Konsulat Jenderal harus mengambil langkah menyelidiki hal ini," katanya kepada The Jakarta Post.

Demonstrasi kembali berubah menjadi kericuhan ketika peluru polisi melukai seorang pendemo, bertepatan dengan ulang tahun Partai Komunis China, Selasa (1/10). Demonstran juga kembali berunjuk rasa memprotes penggunaan kekerasan berlebihan dari polisi, Rabu (2/10).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement