Kamis 03 Oct 2019 10:39 WIB

Pendemo Hong Kong Marah Penembakan Siswa oleh Polisi

Ribuan orang turun ke jalan mengecam penembakan seorang siswa sekolah menengah.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Warga Hong Kong berkumpul di mal di Sha Tin, Rabu (2/10), sebagai bentuk demo aras tertembaknya pengunjuk rasa muda di dada oleh kepolisian.
Foto: AP
Warga Hong Kong berkumpul di mal di Sha Tin, Rabu (2/10), sebagai bentuk demo aras tertembaknya pengunjuk rasa muda di dada oleh kepolisian.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Para demonstran antipemerintah Hong Kong kembali bentrok dengan polisi, Kamis (3/10) dini hari waktu setempat. Para demonstran melampiaskan kemarahan mereka atas penembakan seorang siswa hingga luka oleh polisi, Senin lalu.

Para aktivis marah di distrik seluruh kota yang dikuasai China hingga larut malam. Mereka melemparkan bom bensin, memblokir jalan, dan merusak beberapa toko dan stasiun metro ketika polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan para demonstran.

Baca Juga

"Di mana pun ada protes, saya akan datang. Saya akan keluar malam ini karena alasan sederhana. Anda tidak menembak remaja di jarak dekat. Protes ini akan terus berlanjut dan kami tak akan menyerah," ujar salah satu pendemo Alex Chan. Dia melakukan aksinya bersama pendemo lain di pusat perbelanjaan yang ramai di Causeway Bay.

Ribuan orang turun ke jalan mengecam penembakan seorang siswa sekolah menengah berusia 18 tahun oleh polisi, Rabu (2/10). Namun, polisi mengatakan penembakan itu merupakan tindakan bela diri setelah nyawa petugas polisi berada di bawah ancaman serius.

Siswa itu ditembak dari jarak dekat ketika ia melawan petugas dengan pipa logam dalam aksi protes Selasa. Para pendemo juga dengan membabibuta melemparkan bom bensin ke polisi yang merespons dengan gas air mata, peluru karet, dan meriam air.

Operator kereta api Hong Kong MTR Corp pun menutup stasiun di distrik-distrik termasuk P Lam, Hang Hau, dan Tseung Kwan O tepat sebelum malam pada Rabu, ketika bentrokan meningkat. Polisi mengatakan, tindakan para pendemo sangat merusak ketertiban umum dan menjadi ancaman bagi keselamatan pribadi petugas kepolisian dan masyarakat.

Bekas koloni Inggris ini memang sudah diguncang demonstrasi selama hampir empat bulan atas rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi yang kini telah ditangguhkan. Namun, protes berkembang menjadi seruan dmeokrasi, di antara tuntutan lainnya.

Oposisi terhadap pemerintah yang didukung Beijing telah menjerumuskan kota ke dalam krisis politik terbesar dalam beberapa dasawarsa. Ini merupakan tantangan rakyat yang paling buruk bagi Presiden Xi Jinping sejak ia berkuasa.

Para pengunjuk rasa juga marah karena penilaian akan campur tangan Beijing dalam urusan kota mereka meskipun ada janji otonomi dalam kebijakan "satu negara, dua sistem" di mana Hong Kong kembali ke China pada 1997. Kendati demikian, China menampik tuduhan mencampuri urusan kota Hong Kong. China menuduh pemerintah asing, termasuk Amerika Serikat dan Inggris yang menggerakkan sentimen anti-China.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement