Selasa 08 Oct 2019 15:23 WIB

Warga Hong Kong Ejek Polisi Unjuk Kekuatan

warga Hong Kong mengatakan polisi menggunakan kekerasan berlebih terhadap pemrotes.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Pendemo di Hong Kong
Foto: EPA-EFE/FAZRY ISMAIL
Pendemo di Hong Kong

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Polisi Hong Kong unjuk kekuatan di sebuah distrik yang menjadi tempat bentrokan paling keras, Senin malam (7/10). Hanya saja, kegiatan itu justru mendapatkan ejekan oleh masyarakat.

Polisi datang ke beberapa lokasi di distrik Mong Kok dan berbaris di jalan. Beberapa dari pasukan mengenakan perisai. Hanya saja, jumlah petugas tidak sebanding dengan media dan penonton sehingga justru berakhir dengan sorakan.

Baca Juga

Dalam satu insiden, belasan polisi antihuru-hara mundur dan pergi ketika sekitar 150 orang yang lewat mengejek mereka. Gerombolan masyarakat ini meneriakkan "Bubarkan Polisi" dan "Pemberontakan Hong Kong".

Banyak warga Hong Kong mengatakan polisi telah menggunakan kekerasan berlebihan terhadap pengunjuk rasa. Beberapa korban di antaranya pelajar sekolah dan dewasa muda.

"Polisi itu konyol, mereka di luar kendali. Kami berpegang teguh pada keyakinan kami dan berusaha mengekspresikan suara kami kepada pemerintah, tetapi mereka menggunakan kekuatan untuk mencoba membuat kami takut dan mencoba membuat kami tetap di rumah," kata laki-laki berusia 22 tahun bernama James.

Polisi menembakkan gas air mata dan menggunakan semprotan merica pada pengunjuk rasa di beberapa lokasi. Mereka mencoba menahan beberapa orang di distrik kelas pekerja di seberang pelabuhan dari pusat keuangan yang telah menjadi titik fokus demonstrasi.

Sejumlah kecil pemrotes kucing-kucingan dengan polisi dan tidak melakukan konfrontasi pada Senin malam. Polisi mengatakan, perusuh bertopeng telah merusak properti dan fasilitas umum di stasiun metro dan bersalah atas pembakaran.

"Polisi sangat mengutuk tindakan perusuh yang mengancam jiwa dan kejam. Yang mengejutkan, beberapa penonton bahkan bertepuk tangan untuk menghasut para perusuh," kata polisi.

Sedangkan pada Ahad lalu, puluhan ribu pengunjuk rasa yang terdiri dari keluarga dengan anak-anak, berbaris dengan damai melalui pusat Hong Kong. Sebagian besar mengenakan masker wajah untuk menunjukan penentangan ancaman hukuman penjara satu tahun karena undang-undang darurat yang diterapkan. Demonstrasi itu kemudian berakhir dengan bentrokan dengan polisi.

"Tak lama, kecuali kita sangat, sangat beruntung, orang akan terbunuh, orang akan ditembak. Gagasan dengan pengawasan ketertiban umum, Anda mengirim pasukan polisi dengan amunisi yang melukai, itu tidak masuk akal," kata mantan gubernur Inggris Chris Patten kepada Sky News.

Dalam gejolak tersebut, sudah dua pengunjuk rasa ditembak polisi, satu di dada dan satu di kaki. Pihak berwenang mengatakan, penembakan itu tidak disengaja dan terjadi selama bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa.

Banyak pengunjuk rasa, polisi dan jurnalis terluka dalam bentrokan. Polisi menggunakan peluru karet, gas air mata, dan meriam air terhadap para demonstran. Beberapa pengunjuk rasa di antaranya melemparkan batu bata dan bom bensin untuk melawan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement