REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia dan Cina akan menandatangani perjanjian kerja sama yang bertujuan memerangi konten ilegal di internet bulan ini. Hal ini disampaikan oleh pengawas komunikasi negara Rusia pada Selasa (8/10) waktu setempat, yang menjelaskan pendalaman kerja sama antarkedua negara.
Namun, Rusia dituding tengah mencoba melakukan pembatasan komunikasi di internet ala Cina. Sejumlah pihak menilai kerja sama antarkedua negara di bidang ini dapat menggugah respons pendukung kebebasan internet.
Roskomnadzor, pengawas Rusia, mengatakan akan menandatangani perjanjian dengan mitranya dari Cina pada konferensi internet internasional pada 20 Oktober. Dikatakan dalam sebuah pernyataan perjanjian itu akan berstatus perjanjian internasional.
Di Rusia, kontrol internet telah diperketat di bawah Presiden Vladimir Putin dan di Cina di bawah Presiden Xi Jinping. Awal tahun ini pun, delegasi dari Cyberspace Administration of China (CAC), yang mengawasi kebijakan cyber nasional, bertemu dengan para pejabat di Roskomnadzor.
Kremlin pekan lalu mengatakan hubungannya dengan Cina adalah hubungan khusus. Hubungan kedua negara telah ditandai rasa saling waspada di masa lalu dan beberapa kalangan di Rusia mengkhawatirkan pengaruh Cina di timur yang kaya mineral yang jarang penduduknya. Rusia dan Cina pun berbagi perbatasan 4.200 km atau 2.600 mil.
Namun, Rusia berputar ke timur menuju Cina setelah hubungannya dengan Barat jatuh ke posisi terendah pasca-Perang Dingin atas aneksasi Rusia atas Krimea Ukraina pada 2014. Hubungan dagang dengan Cina telah berkembang dan kerjasama juga telah menyinggung daerah-daerah yang lebih sensitif.
Pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Rusia membantu Cina membangun sistem peringatan dini untuk mendeteksi peluncuran rudal balistik antarbenua, sesuatu yang hanya dimiliki Rusia dan Amerika Serikat saat ini.