Rabu 23 Oct 2019 04:14 WIB

Di Tengah Kemelut Politik Warga Hong Kong Mulai Lirik Properti di Australia

Kalangan elite yang kaya atau kelompok profesional siap-siap pindah karena kekisruhan

Red:
.
.

Dengan krisis politik di Hong Kong tidak tampak akan berakhir dalam waktu segera, semakin banyak warga di sana ingin meninggalkan wilayah tersebut.

Keinginan warga Hong Kong pindah

Dan sebagian mulai melirik properti di Australia, dengan kalangan elite yang kaya maupun kelompok profesional siap-siap pindah karena kekisruhan politik di sana.

Pengusaha penjual minuman anggur Hong Kong Chau Fuk Yau berharap pindah ke Adelaide (Australia Selatan), dengan keluarganya menggunakan visa bisnis, dan berencana membagun perusahaan untuk mengekspor minuman anggur Australia ke Hong Kong.

 

Chau (32 tahun) mengatakan dia ingin meninggalkan Hong Kong separuih karena situasi politik, namun juga karena biaya hidup yang tinggi di sana dan lemahnya perekonomian saat ini.

"Saya kira untuk pendidikan, lingkungan, untuk anak-anak tumbuh, Australia adalah tempat yang bagus dibandingkan Hong Kong." kata Chau.

Memburuknya perekonomian di sana

Minggu lalu, pemimpin Hong Kong Carrie Lam memperkirakan perekonomian kawasan tersebut sedang dalam posisi resesi di kuartal ketiga tahun 2019 karena adanya protes selama berbulan-bulan.

Awal protes yangm menentang RUU Anti Ekstradisi sekarang sudah menjadi seruan bagi kebebasan politik lebih besar dari China.

Selain juga membakar masalah meningkatnya kesenjangan antara kaya dan miskin dan juga harga rumah di Hong Kong merupakan salah satu yang paling mahal di dunia.

Agen migrasi asal Australia yang tinggal di Hong Kong John Hu mengatakan kepada ABC bahwa dia sudah menerima banyak pertanyaan dan meningkatnya layanan jasa imigrasi sejak protes dimulai bulan Juni.

Sebagian besar diantara mereka mencari visa bisnis atau investor ke Australia.

"Terjadi peningkatan tajam setiap bulannya, angka penjualan kami meningkat empat kali lipat." katanya.

"Untuk yang meminta informasi, ada sekitar 1000 oran setiap orang dan mereka mencari informasi untuk berbagai negara dan tentu saja Australia di peringkat nomor satu."

Hu mengatakan bahwa kantornya telah memproses ratusan visa bisnis dan visa lainnya untuk ke Australia.

Meningkatnya minat membeli properti di Australia

Australia merupakan tujuan utama bagi warga Hong Kong yang pindah tahun lalu, dengan sekitar 30 persen - 2400 orang - pindah ke Australia.

Direktur Pelaksana perusahaan real estate Sotheby's International Realty di Sydney Michael Pallier mengatakan ada peningkatan 500 persen dari warga Hong Kong yang meminta informasi tahun ini dibandingkan tahun lalu mengenai properti.

Dia mengatakan para pembeli baru ini adalah warga Hong Kong yang sudah memiliki warga negara Australia, atau status permanen, atau para investor kaya.

"Dalam dua bulan terakhir terjadi peningkatan besar dari mereka yang tinggal di Hong Kong." katanya.

"Sebelum ini, kebanyakan adalah warga dari China Daratan yang ingin pindah. Sekarang banyak yang berasal dari Hong Kong, dan tentu saja karena ketidakstabilan, banyak orang di Hong Kong berpikiran bahwa dalam jangka panjang mungkin lebih baik pindah ke Australia."

 

Properti yang dijualnya berkisar antara Rp 3 miliar sampai Rp 30 miliar, dengan kebanyakan klien bekerja di industri keuangan yang ingin pindah ke daerah elit di Sydney yang memiliki sekolah swasta terpandang.

"Tidak saja warga China Hong Kong yang menghubungi kami, namun juga banyak ekspat (warga Australia yang bekerja di luar negeri)." kata Pallier.

"Seorang diantaranya sudah membeli rumah dari kami seharga Rp 10 miliar, dan pindah kembali ke Australia."

Berbagai perusahan lain di Australia juga mengatakan hal yang serupa mengenai meningkatnya minat warga Hong Kong untuk membeli properti di Australia.

Georg Chmiel, Presiden Direktur Juwai, situs properti terbesar di dunia untuk pembeli asal China juga melihat kecenderungan yang sama.

"Kami melihat adanya peingkatan pencarian informasi untuk membeli properti Australia naik 50 persen sejak protes dimulai." kata Chmiel.

Dia mengatakan kekisruhan politik yang terus berlanjut menurunkan rasa percaya masyarakat di Hong Kong.

"Apa yang terjadi telah membuat rasa percaya menurun, dan bila protes berlanjut maka ini akan berdampak pada pasar properti di Hong Kong." katanya.

 

Harga rumah di Australia tidak akan terpengaruh

Namun menurut Georg Chmiel, meningkatnya minat dari Hong Kong tidak akan banyak mempengaruhi harga rumah di Australia, karena pembeli asal Hong Kong hanya berkisar 1,5 persen dari keseluruhan pembeli di Australia.

Karena adanya peraturan yang ketat di bidang imigrasi, dan pembelian rumah di Autralia, warga Hong Kong lebih memusatkan perhatian ke kawasan sekitar untuk pindah.

Dalam survei terbaru Taiwan menduduki tempat pertama di atas Australia sebagai tujuan migrasi bagi warga Hong Kong.

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen telah menawarkan suaka politik bagi warga Hong Kong.

 

Negara lain seperti Thailand, dan Malaysia juga semakin popular dengan AS, Kanada, Singapura dan Eropa juga menjadi sasaran.

Lihat berita selengkapnya dalam bahasa Inggris di sini

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement