Jumat 25 Oct 2019 00:17 WIB

Presiden Lebanon Dikabarkan akan Temui Pengunjuk Rasa

Pengunjuk rasa menilai korupsi pemerintah mengakibatkan negara bangkrut.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Presiden Lebanon Michel Aoun di istana kepresidenan di Baabda, timur Beirut, Lebanon, 24 Oktober 2019.
Foto: Dalati Nohra/Lebanese government via AP
Presiden Lebanon Michel Aoun di istana kepresidenan di Baabda, timur Beirut, Lebanon, 24 Oktober 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Presiden Lebanon Michel Aoun diperkirakan akan hadir di hadapan pengunjuk rasa. Selama satu pekan terakhir, warga Lebanon menggelar aksi demonstrasi besar-besaran di seluruh negeri.

Reformasi ekonomi yang ditawarkan pemerintahan Aoun gagal menghentikan demonstrasi. Para pengunjuk rasa sudah delapan hari menutup jalan-jalan utama, universitas, dan sekolah.

Baca Juga

Dilansir dari Deutsche Welle, Kamis (24/10) ada beberapa laporan yang menyebutkan Aoun akan mengumumkan reshuffle kabinet. Unjuk rasa di Lebanon dimulai pada Kamis pekan lalu.

Unjuk rasa terjadi setelah pemerintah mencoba memperkenalkan pajak untuk pengguna layanan kirim pesan seperti Whatsapp demi menaikkan pendapatan negara. Unjuk rasa berubah menjadi aksi selama satu pekan.

Gerakan ini menyatukan berbagai golongan dan agama di Lebanon, melawan sistem politik yang korup. Pengunjuk rasa menilai korupsi pemerintah telah mengakibatkan negara mereka bangkrut.

Banyak pengunjuk rasa meminta rezim berkuasa untuk mundur. Tuntutan ini didukung hampir seluruh partai politik di Lebanon.

Ratusan ribu orang memblokir jalan-jalan dan persimpangan utama dalam unjuk rasa terbesar di Lebanon sejak 15 tahun terakhir. Sekolah, universitas, dan institusi pemerintah telah tutup selama satu pekan. 

Pengunjuk rasa di Lebanon telah menegaskan mereka menghindari sikap partisan, simbol politik dan agama. Sejauh ini hanya ada sedikit bentrokan dengan pasukan keamanan Lebanon.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement