Jumat 25 Oct 2019 16:08 WIB

Pengunjung Rela Antri Panjang Untuk Mendaki Bukit Uluru, Sebelum Dilarang

Bukit batu berusia ribuan tahun itu akan dikembalikan ke pemilik asli, suku aborigin.

Rep: Steve Vivian / Red:
.
.

Ratusan orang telah diperbolehkan mendakit bukit Uluru, setelah Jumat pagi (25/10/2019) sempat ditutup karena angin kencang. Bukit Uluru di Kawasan Australia Tengah yang menawarkan keunikan wisata akan ditutup secara permanen untuk pendakian.

Hari Terakhir Pendakian Uluru

 

Uluru dulu dikenal dengan nama 'Ayers Rock', bukit bebatuan yang sudah berusia ribuan tahun, akan dikembalikan ke pemilik asli kelompok Aborigin, sehingga tak akan terbuka lagi untuk umum.

Hari terakhir untuk pendakian adalah hari Jumat ini, namun petugas sempat tidak mengijinkan pendakian karena angin kencang dianggap berbahaya bagi para pengunjung.

Batas waktu pendakian adalah pukul 4 sore waktu setempat.

 

Noel dan Kelly Derks dari Melbourne membawa dua anak mereka yang masih remaja untuk mendaki Uluru.

Mereka sudah pernah empat kali mendaki, karenanya tidak terlalu kecewa ketika rencana pendakian pagi ini sempat dilarang.

"Keselamatan adalah nomor satu, jadi tidak ada masalah tidak bisa naik," kata Noel Derks.

"Kalau bisa naik sekali lagi tentu lebih mengesankan lagi."

 

Meski nantinya pengunjung tidak bisa lagi mendaki Uluru, Keluarga Derks mengatakan masih akan kembali lagi mengunjunginya.

"Tentu saja kami akab kembali kesini 20 tahun lagi, mudah-mudahan dengan cucu. Ini tempat yang indah." kata Noel Derks lagi.

Parks Australia, badan yang mengelola kawasan wisata tersebut mengatakan akan terus memantau keadaan cuaca sampai batas penutupan jam 4 sore.

Manajer operasional Parks Australia, Steve Baldwin mengatakan mereka yang sudah antri sejak pagi seharusnya tidak perlu kecewa kalau tidak bisa mendaki.

"Pengumuman mengenai Uluru akan ditutup sudah dikeluarkan dua tahun lalu untuk diketahui siapa saja yang ingin mendaki."

 

Dengan banyaknya orang yang datang untuk mendaki Uluru di saat-saat menjelang penutupan, pemilik kawasan tersebut, yakni dari Suku Anangu mengatakan kecewa dengan hal tersebut.

Bagi tetua Anangu, seperti Leroy Lester, keinginan mendaki Uluru bukan saja menunjukkan tidak adanya rasa hormat terhadap kawasan yang dianggap suci bagi warga Aborigin, tapi juga berbahaya.

Dalam sejarah pendakian Uluru, sedikitnya 37 orang tewas saat melakukan pendakian.

 

Leroy mengatakan ada beberapa alasan mengapa warga Anangu ingin pendakian Uluru dilarang selamanya.

"Utamanya karena itu tempat yang sakral, dan karena alasan keamanan, juga polusi, karena di atas sana tidak ada toilet. Juga bakteri E.coli membunuh semua organisme yang ada, semua kodok dan yang lain." katanya.

"Sangat berbahaya."

 

Menteri Urusan Warga Suku Asli Australia, Ken Wyatt menyatakan kecewa dengan begitu banyak orang yang datang untuk mendaki Uluru sebelum ditutup.

"Saya bisa mengerti bahwa ada orang yang ingin mendaki, untuk bisa dijadikan catatan sejarah bagi kehidupan mereka," katanya.

"Namun ini mirp dengan orang yang berbondong-bondong untuk menaiki Tugu Pahlawan Perang Australia (Australian War Memorial)."

"Objek bersejarah kita, di tiap komunitas, adalah hal yang penting dalam sejarah bangsa ini," katanya

Lihat berita selengkapnya dalam bahasa Inggris di sini

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement