Ahad 10 Nov 2019 13:01 WIB

Unjuk Rasa Hong Kong akan Berlanjut di dalam Mal

Pengunjuk rasa juga menyerukan aksi mogok besar-besaran pada hari Senin (11/11).

Rep: Lintar Satria/Fergi Nadira/ Red: Dwi Murdaningsih
Pengunjuk rasa memegang foto demonstran Chow Tsz-Lok yang meninggal karena jatuh di Hong Kong, Jumat (8/11).
Foto: AP Photo/Vincent Yu
Pengunjuk rasa memegang foto demonstran Chow Tsz-Lok yang meninggal karena jatuh di Hong Kong, Jumat (8/11).

REPUBLIKA.CO.ID, HONGKONG--Pengunjuk rasa Hong Kong mengisyaratkan mereka dapat menggelar unjuk rasa di beberapa pusat perbelanjaan di kota itu. Rencana ini berselang satu pekan setelah aksinya yang sama berakhir dengan bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi.

Pada pekan lalu pengunjuk rasa anti-pemerintah berkumpul di dalam mal. Saat itu, seorang laki-laki melukai orang-orang dengan pisau dan menggigit telinga seorang politisi.

Baca Juga

Beberapa pengunjuk rasa lainnya berencana menggelar demonstrasi di tempat lain. Tujuan protes mereka sama yakni menentang tindakan polisi terhadap pengunjuk rasa dan campur tangan Cina terhadap perpolitikan pusat keuangan Asia tersebut.

Beijing membantah mengintervensi Hong Kong. Tapi unjuk rasa sejak bulan Juli ini menjadi krisis politik yang paling buruk sejak Inggris menyerahkan Hong Kong ke Cina pada tahun 1997.

Ribuan orang berkumpul dalam upacara berkabung untuk mengenang para 'martir'. Acara ini digelar setelah seorang siswa meninggal dunia di rumah sakit.

Upacara berkabung itu berjalan dengan damai tapi banyak mereka yang hadiri menyerukan balas dendam. Sebab siswa itu diduga tewas karena mengalami kekerasan saat unjuk rasa.  

Pengunjuk rasa juga menyerukan aksi mogok besar-besaran pada hari Senin (11/11) mendatang. Walaupun seruan semacam itu belum pernah berhasil sebelumnya.

Saat membubarkan diri sejumlah orang berteriak 'mogok pada hari Senin' dan 'sampai nanti pada hari Senin'. Malam berkabung dirusak karena setelah membubarkan diri sejumlah pengunjuk rasa merusak stasiun metro dan memblokir jalan.

Polisi anti huru-hara meresponnya dengan tembakan gas air mata dan semprotan merica. Setidaknya ada lima butir peluru tajam yang ditembakan ke udara untuk memperingatakan pengunjuk rasa yang memblokir jalan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement