Rabu 13 Nov 2019 08:08 WIB

Seperempat Perusahaan Jerman Rencanakan Hengkang dari Cina

Perlambatan ekonomi Cina dan ketegangan perdagangan dengan AS jadi sebab

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
.
.

Nyaris seperempat perusahaan Jerman yang beroperasi di Cina berencana untuk merelokasi semua atau sebagian bisnis mereka keluar dari negara ini, demikian menurut sebuah studi yang dirilis Selasa (12/11) oleh Kamar Dagang Jerman di Cina.

Survei tahunan terhadap 526 perusahaan anggota Kamar Dagang Jerman di Cina mengemukakan bahwa 23 persen di antaranya memutuskan untuk menutup kapasitas produksi di negara itu, atau setidaknya sedang mempertimbangkan langkah serupa. Sepertiga dari jumlah tersebut telah merencanakan untuk sepenuhnya keluar dari Cina.

Selebihnya mengatakan bahwa perusahaan mereka akan mengalihkan sebagian bisnis dan produksi ke negara lain, sebagian besar ke negara-negara dengan biaya lebih rendah di Asia.

Biaya operasional di Cina menjadi meningkat karena negara itu berusaha menyeimbangkan kembali ekonominya dari model yang kebanyakan digerakkan oleh ekspor dan investasi, menjadi model yang didorong oleh sektor layanan dan belanja konsumen.

Dari sejumlah 104 perusahaan yang telah memutuskan untuk meninggalkan atau sedang mempertimbangkan untuk meninggalkan Cina, sebanyak 71 persen mengutip kenaikan biaya produksi, terutama biaya tenaga kerja, sebagai faktor penyebab.

Pesimisme terus bertumbuh

Perusahaan yang disurvei juga mengatakan, mereka melihat prospek bisnis yang "suram" dan menghubungkan pesimisme mereka dengan perlambatan ekonomi Cina serta ketegangan perdagangan yang berlangsung antara Beijing dan Washington. Perang perdagangan AS-Cina baik secara langsung maupun tidak, telah mempengaruhi 83 persen responden.

"Ekspektasi bisnis turun ke level terendah dalam beberapa tahun," demikian hasil studi ini memperingatkan. Hanya sekitar seperempat perusahaan yang disurvei mengatakan, akan bisa berharap penuhi atau lampaui target tahun ini.

Perusahaan Jerman mengatakan, tantangan bisnis mereka di Cina utamanya terkait dengan hambatan akses pasar, ketidakpastian hukum, dan persyaratan transfer teknologi. Lebih dari sepertiga responden dalam survei mengatakan, upaya Beijing untuk "menyetarakan kedudukan" perusahaan asing di Cina sebagai sebuah langkah yang "tidak memadai."

Di tengah kondisi suram ini, banyak juga perusahaan melihat tanda-tanda pemulihan pada tahun 2020. Banyak dari mereka juga menaruh harapan dalam perjanjian investasi Uni Eropa-Cina yang dijadwalkan akan rampung tahun depan.

ae/ml (AFP, dpa)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement