Sabtu 23 Nov 2019 23:01 WIB

Kerusuhan Hong Kong Mereda Jelang Pemilihan Lokal

Pendemo memandang pemilihan lokal sebagai referendum atas aksi unjuk rasa

Siswa sekolah dasar turun dari bus sekolah di Hong Kong, Rabu (20/11). Sekolah di Hong Kong dibuka kembali setelah ditutup beberapa hari akibat protes.
Foto: AP Photo/Achmad Ibrahim
Siswa sekolah dasar turun dari bus sekolah di Hong Kong, Rabu (20/11). Sekolah di Hong Kong dibuka kembali setelah ditutup beberapa hari akibat protes.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Suasana tenang terjadi di Hong Kong pada Sabtu (23/11) ketika kota itu bersiap menyelenggarakan pemungutan suara untuk pemilihan lokal. Pemilihan ini dipandang sebagai referendum atas aksi-aksi unjuk rasa anti-pemerintah yang sudah berlangsung beberapa bulan.

Pemilihan lokal itu terjadi setelah beberapa pekan polisi dan para pengunjuk rasa terlibat bentrokan yang diwarnai aksi kekerasan. Di lokasi Universitas Politeknik di Semenanjung Kowloon, polisi masih mengepung kampus, tempat sejumlah pengunjuk rasa berusaha mencari jalan keluar dan yang lain bertekad tidak akan menyerah, beberapa hari setelah kekerasan terburuk terjadi sejak demonstrasi anti-pemerintah meningkat pada Juni.

Baca Juga

Seorang mahasiswa yang berhasil meloloskan diri dari kepungan polisi tanpa tertangkap mengatakan pada Sabtu ia berharap pemilihan itu tak terlaksana."Saya merasa tidak optimistis mengenai hasil pemungutan suara itu," kata dia.

Kota itu berada di bawah keamanan ketat sehubungan dengan pemilihan lokal yang akan diadakan pada Ahad (24/11). Sebanyak 1.104 orang tercatat mencalonkan diri untuk memperebutkan 452 kursi di dewan distrik.

Sebanyak 4,1 juta dari 7,4 juta penduduk Hong Kong telah terdaftar untuk memberikan suara, sebagian didorong oleh kampanye pendaftaran selama protes berbulan-bulan.

Untuk pertama kali, polisi anti huru-hara akan menjaga tempat-tempat pemungutan suara di kota itu dan hampir semua perwira dari pasukan yang berkekuatan 31.000 akan bertugas, demikian the South China Morning Post melaporkan Jumat, mengutip sebuah sumber polisi senior.

Sumber itu mengatakan kepada harian tersebut bahwa para petugas mengurangi kehadiran mereka guna menghindari para pemberi suara yang cemas.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement