Kamis 28 Nov 2019 09:18 WIB

Pengunjuk Rasa Hong Kong Minta Polisi tidak Masuk Kampus

Polisi Hong Kong sudah mengepung kampus Polytechnic University selama dua pekan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Mahasiswa beristirahat di area kampus Hong Kong Polytechnic University. Polisi mengepung kampus dengan ratusan mahasiswa pengunjukrasa di dalamnya.
Foto: Thomas Peter/AP Photo
Mahasiswa beristirahat di area kampus Hong Kong Polytechnic University. Polisi mengepung kampus dengan ratusan mahasiswa pengunjukrasa di dalamnya.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Polisi Hong Kong mengatakan mereka akan masuk Polytechnic University, Kamis (28/11). Kampus tersebut sudah dikepung selama dua pekan.

Tapi seorang laki-laki yang memakai masker muncul dan meminta polisi menghentikan rencana mereka. Tim keamanan dari universitas sudah memasuki lorong-lorong gedung kampus yang menjadi titik utama kerusuhan baru-baru ini.

Baca Juga

Namun tim keamanan tidak menemukan siapa pun. Lalu satu orang pengunjuk rasa yang muncul dengan masker warna hitam mengatakan masih ada 20 orang yang bersembunyi di dalam gedung.

"Jika polisi mundur, kami akan pergi," kata laki-laki itu, Kamis (28/11).

Sebelumnya, Komandan Distrik Ho Yun-sing mengatakan polisi berencana masuk kampus. Polisi ingin memproses barang-barang berbahaya dan mengumpul bukti dan mungkin masih ada pengunjuk rasa di dalam kampus yang membutuhkan perawatan medis.

Pada pertengahan November, Polytechnic University menjadi medan pertempuran. Setelah pengunjuk rasa membarikade diri mereka sendiri dan bentrok dengan polisi anti huru-hara dengan menggunakan bom molotov, water canon, dan gas air mata.

Pada pekan lalu ada sekitar 1.100 orang yang ditahan, beberapa diantaranya berusaha melarikan diri. Polisi antihuru-hara mengepung kampus dan mendirikan barikade plastik dan pagar kawat.

Kampus Polytechnic University tempat terakhir dari lima tempat yang diduduki pengunjuk rasa untuk dijadikan markas mereka dalam unjuk rasa di Hong Kong. Pengunjuk rasa marah dengan apa yang mereka anggap sebagai upaya China mengintervensi urusan internal Hong Kong.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement