Kamis 05 Dec 2019 08:16 WIB

Jerman Usir Dua Diplomat Rusia

Pengusiran diplomat Rusia karena tidak dapat menyelesaikan kasus pembunuhan di Berlin

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolanda
Warga mengusung jenazah Zelimkhan Khangoshvili, seorang Muslim Georgia ke pemakaman di Desa Duisi, Georgia. Pemerintah Jerman mengusir dua diplomat Rusia yang dicurigai terlibat penembakan  terhadap Zelimkhan di Berlin pada bulan lalu.
Foto: AP Photo/Zurab Tsertsvadze
Warga mengusung jenazah Zelimkhan Khangoshvili, seorang Muslim Georgia ke pemakaman di Desa Duisi, Georgia. Pemerintah Jerman mengusir dua diplomat Rusia yang dicurigai terlibat penembakan terhadap Zelimkhan di Berlin pada bulan lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Jerman mengusir dua diplomat Rusia karena dicurigai terlibat penembakan terhadap seorang pria di sebuah taman di Berlin pada bulan lalu. Pengusiran ini terjadi setelah jaksa penuntut Jerman memutuskan untuk mengambil alih kasus tersebut, dan menuding Rusia gagal dalam membantu penyelidikan.

Jerman mencurigai pemembakan tersebut diperintahkan oleh Rusia. Namun Rusia menolak tuduhan yang mengenai keterlibatannya, dan menyatakan akan melakukan pembalasan.

"Ada alasan faktual yang cukup untuk menyatakan bahwa pembunuhan itu dilakukan atas nama badan-badan negara Federasi Rusia atau orang-orang dari Republik Otonomi Chechnya, sebagai bagian dari Federasi Rusia," kata jaksa federal Jerman dilansir BBC, Kamis (5/12).  

Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, pengusiran dua diplomat Rusia dilakukan karena Rusia tidak dapat menyelesaikan kasus pembunuhan tersebut. "Kami mengambil keputusan ini karena kami tidak melihat bahwa Rusia mendukung kami dalam menyelesaikan pembunuhan ini," katanya di sela-sela KTT NATO di London.

Diketahui, pada Agustus lalu seorang mantan komandan pemberontak Chechnya Zelimkhan Khangoshvili ditembak di bagian kepala di taman Tiergarten Kleiner. Setelah penembakan, seorang pria berhasil ditangkap namun hanya memberikan sedikit informasi kepada polisi. Setelah pembunuhan itu, tersangka diduga terlihat sedang membuang sepeda, pistol, dan rambut palsu ke Sungai Spree di dekatnya.

Jaksa penuntut mengatakan tersangka terbang dari Moskow ke bandara Charles de Gaulle di Paris, enam hari sebelum pembunuhan di bawah nama alias Vadim S. Dia muncul untuk pertama kalinya di paspor domestik Rusia pada tahun 2015 dengan nama lengkap Vadim Sokolov (49 tahun). Pihak berwenang menduga, Vadim Sokolov tidak menggunakan identitas aslinya.

Vadim diketahui telah terbang ke Warsawa dan tinggal di sebuah hotel hingga 22 Agustus. Menurut jaksa penuntut, visa tersangka menunjukkan bahwa Vadim bepergian ke luar negeri sebagai insinyur sipil yang bekerja untuk sebuah perusahaan di St Petersburg bernama Zao Rust. Namun, perusahaan itu tampaknya berada di bawah "reorganisasi" dan nomor faks yang tercantum juga tercatat ke perusahaan-perusahaan milik Kementerian Pertahanan Rusia.

Jaksa penuntut menyebut identitas Vadim S adalah palsu. Dalam situs investigasi Bellingcat, nama asli Vadim S adalah Vadim Krasikov yang lahir pada Agustus 1965 di Soviet Kazakhstan.

Jaksa menggambarkan Vadim K merupakan tersangka dalam pembunuhan seorang pengusaha Rusia tahun 2013 di Moskow. Korban dalam serangan itu juga didekati oleh seorang pria di atas sepeda yang menembaknya di belakang kepala, serupa dengan cara serangan pembunuhan yang terjadi di Berlin.

Kedutaan Rusia di Berlin menyatakan sangat kecewa dengan langkah Jerman dalam kasus penembakan ini. Sementara Kementerian Luar Negeri Rusia akan melakukan tindakan balasan. Kepala Komite Urusan Luar Negeri Duma (parlemen) Rusia, Leonid Slutsky mengatakan kepada kantor berita Interfax, pengusiran dua diplomat Rusia dari Jerman merupakan tindakan yang tidak ramah dan ada ketakutan Russophobia.

Media Jerman membandingkan serangan terhadap Khangoshvili dengan percobaan pembunuhan terhadap mantan agen intelijen Rusia Sergei Skripal dan putrinya di Inggris tahun lalu. Dalam pernyataan berbahasa Jerman pada hari Rabu lalu, jaksa federal Jerman mengidentifikasi korban sebagai Tornike Khangoshvili. Korban telah menghabiskan beberapa tahun tinggal di Georgia dengan nama Tornike Kavtarashvili.

Korban merupakan warga berkebangsaan Georgia dan ikut berperang dalam perang Chechnya yang kedua melawan pasukan Rusia di Kaukasus Utara pada periode 2001-2005. Dia adalah sekutu dekat Presiden Chechnya Aslan Maskhadov, yang mendalangi perlawanan gerilya Chechnya ke Rusia sebelum terbunuh dalam serangan pasukan khusus Rusia.

Khangoshvili melarikan diri ke Jerman setelah selamat dari upaya pembunuhan di ibukota Georgia Tbilisi pada tahun 2015. Dia telah mengajukan permohonan suaka di Jerman tetapi tidak diberikan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement