Selasa 10 Dec 2019 09:05 WIB

Polusi Udara di Sydney Semakin Memburuk

Warga Sydney dibangunkan dengan kondisi udara yang semakin memburuk

Red:
Polusi Udara di Sydney Semakin Memburuk
Polusi Udara di Sydney Semakin Memburuk

Warga Sydney hari Selasa (10/12/2019) kembali dibangunkan dengan kondisi udara yang semakin memburuk karena kabut asap tebal yang menyelimuti kota terbesar di Australia tersebut. Kualitas udara di berbagai bagian kota dilaporkan tujuh kali diatas ambang berbahaya.

Di pusat kota gedung-gedung tinggi dan ikon seperti Harbour Bridge hampir tidak terlihat karena tertutup kabut asap, polusi udara terburuk terjadi bagian Barat Daya kota tersebut.

Di kawasan perumahan Oakdale, kualitas udara tercatat 1.044, padahal ambang batas berbahaya adalah 200.

 

Kantor Dinas Pemadam Kebakaran, Rural Fire Service, di kawasan Homebush sempat dievakuasi karena alarm kebakaran di dalam gedung berbunyi karena asap yang masuk.

Di pusat kota Sydney, indeks polusi udara juga di atas ambang bahaya yaitu 341 antara pukul 8 sampai 9 pagi.

Dr Richard Broome dari Dinas Kesehatan New South Wales mengatakan mereka yang mengalami masalah gangguan pernapasan sebaiknya tidak melakukan kegiatan di luar ruangan.

"Yang paling rentan adalah mereka yang memiliki masalah jantung dan paru-paru," katanya.

Kabut asap ini sudah menyelimuti Sydney dan sebagian wilayah New South Wales selama beberapa minggu terakhir, dan diperkirakan akan terus berlangsung selama beberapa bulan.

"Saya tidak pernah melihat Sydney seperti ini sebelumnya," kata Lisa Herbertson, seorang pengguna Twitter.

"Bangun pagi untuk melihat kabut asap paling pekat yang pernah saya lihat di daerah kediaman saya," kata Samantha Waterfield di Belmont North.

Biro Meteorology (BOM) mengatakan keadaan akan sedikit membaik karena adanya perubahan arah angin.

 

Namun suhu juga akan meningkat di beberapa kawasan dimana suhu akan mencapai 42 derajat Celcius di Sydney Barat.

Dinas Kesehatan NSW sudah menyarankan warga untuk tidak keluar rumah antara jam 1 sampai 4 sore.

Lihat berita selengkapnya dalam bahasa Inggris di sini

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement