Selasa 10 Dec 2019 02:30 WIB

PM Jepang Diskusikan Kunjungan Presiden Iran

PM Jepang Shinzo Abe sedang mendiskusikan kunjungan Presiden Iran ke negaranya

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sedang mendiskusikan kunjungan Presiden Iran ke negaranya.Ilustrasi.
Foto: AP Photo/Alexander Zemlianichenko
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sedang mendiskusikan kunjungan Presiden Iran ke negaranya.Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO – Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengungkapkan sedang mendiskusikan kunjungan Presiden Iran Hassan Rouhani ke negaranya. Hal itu merupakan upaya Jepang untuk berkontribusi menciptakan perdamaian di kawasan Timur Tengah.

Abe mengatakan Jepang akan berupaya untuk mempromosikan perdamaian di Timur Tengah. “Sebagai salah satu dari upaya itu kami sekarang sedang membicarakan kunjungan Presiden Rouhani ke Jepang,” ujarnya pada Senin (9/12).

Baca Juga

Dia tak mengungkap detail tentang kunjungan rencana kunjungan tersebut. Namun media-media lokal Jepang memperkirakan bahwa Rouhani akan melakukan kunjungan pada 20 atau 21 Desember mendatang.

Pada Juni lalu, Abe melakukan kunjungan ke Iran. Di sana, dia bertemu Hassan Rouhani dan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Kunjungannya ke Iran memang membawa misi untuk meredakan ketegangan antara Teheran dan Washington.

Akan tetapi hal itu tak berjalan sesuai harapan. Khamenei menyampaikan kepada Abe bahwa Iran tak akan mengulangi kesalahan dengan menjalin negosiasi dengan AS di bawah pemerintahan Donald Trump. “Saya tidak melihat Trump layak untuk pertukaran pesan apa pun dan saya tidak punya jawaban apapun untuknya sekarang maupun di masa mendatang,” kata Khamenei.

Kendati demikian, seusai bertemu Khamenei, Abe menyampaikan kepada awak media bahwa Iran tak memiliki niatan untuk membuat senjata nuklir seperti yang selama ini diklaim beberapa negara, termasuk AS. "Pemimpin tertinggi Khamenei berkomentar bahwa negara itu tidak akan dan tidak boleh membuat, memegang, atau menggunakan senjata nukir, dan bahwa Iran tak memiliki niat seperti itu," katanya.

Ketegangan antara Iran dan AS mulai terjadi sejak Washington memutuskan hengkang dari kesepakatan nuklir atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) pada Mei tahun lalu. Setelah menarik diri, AS kembali menerapkan sanksi ekonomi berlapis terhadap Iran.

AS kemudian mendorong Iran agar bersedia merundingkan kembali ketentuan dalam JCPOA. Namun Iran menolak dan mendesak Eropa, selaku pihak yang terlibat dalam JCPOA, agar melindungi aktivitas perekonomiannya dari sanksi AS.

Iran telah menangguhkan beberapa komitmennya dalam JCPOA, termasuk perihal pengayaan uranium. Teheran berjanji akan melanjutkan langkah tersebut jika Eropa gagal melindungi perdagangannya dari sanksi AS.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement