Selasa 31 Dec 2019 02:18 WIB

Hong Kong akan Gelar Aksi Damai di Malam Tahun Baru

Aksi damai Hong Kong akan digelar di pusat-pusat keramaian.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Peserta aksi Hong Kong menyalakan senter dari smartphone mereka saat berkumpul di jalanan Hong Kong, Ahad (8/12). Enam bulan berlalu, aksi demonstrasi Hong Kong masih berlangsung.
Foto: AP Photo/Vincent Yu
Peserta aksi Hong Kong menyalakan senter dari smartphone mereka saat berkumpul di jalanan Hong Kong, Ahad (8/12). Enam bulan berlalu, aksi demonstrasi Hong Kong masih berlangsung.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Aksi damai besar-besaran akan digelar di Hong Kong pada malam tahun baru. Aksi demonstrasi yang dijuluki "Suck the Eve" dan "Shop with you" rencananya digelar pada Selasa malam di sejumpah pusat keramaian kota, termasuk di distri Lan Kwai Fong, Pelabuhan Victoria, dan pusat perbelanjaan.

Front Hak Asasi Manusia Sipil, pawai Tahun Baru tersebut telah mendapatkan izin dari polisi. Rencananya para peserta aksi akan melakukan long march yang dimulai dari Causeaway Bay, dan berakhir di kawasan pusat bisnis. Front Hak Asasi Manusia Sipil sebelumnya mengorganisir aksi damai pada Juni dan awal Desember. Mereka menyatakan, pawai akan dihadiri oleh 800 orang.

Baca Juga

Aksi damai tersebut dilakukan setelah terjadi bentrokan pada malam Natal. Ketika itu, polisi anti-huru hara menembakkan gas air mata ke ribuan demonstran yang mengenakan topeng serta bando tanduk rusa. Aksi demonstrasi pada malam Natal berlangsung di sejumlah pusat perbelanjaan dan distrik-distrik wisata.

Lebih dari 2.000 pengunjuk rasa terluka sejak aksi protes dimulai di Hong Kong pada Juni lalu. Sementara, hingga saat ini belum ada angka resmi yang dirilis terkait jumlah korban meninggal dunia karena aksi tersebut.

Aksi unjuk rasa di Hong Kong kini telah memasuki bulan ketujuh. Demonstrasi juga telah kehilangan skala dan intensitas daripada aksi sebelumnya.

Kepolisian telah menangkap lebih dari 6.000 orang sejak protes meningkat pada Juni lalu. Aparat juga terus melakukan pengepungan keras di Universitas Politeknik Hong Kong pada pertengahan November.

Banyak warga Hong Kong marah pada apa yang mereka lihat ketika Beijing ikut campur dalam kebebasan yang dijanjikan kepada bekas jajahan Inggris ketika kembali ke pemerintahan China pada 1997.

China kemudian membantah ikut campur dan mengatakan itu berkomitmen pada formula 'satu negara, dua sistem' yang diberlakukan pada saat itu dan menyalahkan pasukan asing karena mengobarkan kerusuhan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement