Sabtu 04 Jan 2020 22:03 WIB

Kebakaran Hutan di Tenggara Australia tak Terkendali

Penduduk Australia diminta mencari tempat berlindung dari kebakaran hutan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Kebakaran Cuddle Creek membakar lahan  Woodside di Adelaide Hills in Adelaide, Australia, Jumat (20/12).
Foto: Kelly Barnes/EPA-EFE
Kebakaran Cuddle Creek membakar lahan Woodside di Adelaide Hills in Adelaide, Australia, Jumat (20/12).

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Kebakaran hutan di wilayah tenggara Australia kian tak terkendali pada Sabtu (4/1). Sebagian penduduk yang terlambat mengevakuasi atau menyelamatkan diri diminta mencari tempat berlindung. 

"Api menyebar dengan cepat di daerah utara Sungai Shoalhaven. Jika Anda berada di Bundanoon, Wingello, Penrose, Meryla, dan daerah sekitarnya, sudah terlambat untuk pergi. Cari tempat berlindungi saat api mendekat," kata Dinas Pemadam Kebakaran Pedesaan New South Wales (RFS) melalui akun Twitter resminya pada Sabtu. 

Baca Juga

Komisaris Pemadam Kebakaran Pedesaan New South Wales Shane Fitzsimmons mengungkapkan ada sejumlah kebakaran yang datang bersamaan. "Kebakaran yang sangat kuat, sangat besar, dan intens yang menciptakan beberapa badai petir yang dihasilkan oleh api ini," ujarnya. 

Kebakaran yang melanda Australia menghasilkan begitu banyak panas. Dengan demikian mereka menciptakan sistem cuaca mereka sendiri, termasuk badai kilat kering dan tornado api. RFS telah memperingatkan warga terkait hal tersebut. 

"Petir yang dihasilkan oleh kebakaran telah terbentuk di atas api Currowan di tepi utara kebakaran dekat Nowra. Ini adalah situasi yang sangat berbahaya. Pantau kondisi di sekitar Anda dan lakukan tindakan yang sesuai," kata RFS. 

Seorang petugas pemadam kebakaran RFS tewas pada Senin lalu akibat tornado api. Pemicu munculnya tornado tersebut adalah karena runtuhnya formasi awan pyrocumulonimbus. Ia berputar di atas truk pemadam tempat petugas itu berada. 

"Peristiwa luar biasa itu menghasilkan pangkalan jenis siklon membalik truk 10 ton. Itulah volatilitas dan bahaya yang ada," ujar Fitzsimmons. 

Saat awan naik kemudian mendingin di suhu rendah atmosfer bagian atas, tabrakan partikel-partikel es di bagian bawah yang lebih tinggi membangun muatan listrik. Ia dapat dilepaskan sebagai petir. 

Hal itu menyebabkan perubahan yang berbahaya dan tak terduga dalam perilaku api. Membuatnya sulit ditangani dan sambaran petir dapat memicu kebakaran baru. 

Melalui media sosial, warga mengunggah foto langit yang berubah menjadi hitam dan merah karena asap serta sorotan api. Termasuk di kota Victoria, Mallacoota, di mana 1.000 orang diungsikan melalui laut pekan lalu. 

Di sebagian besar wilayah Australia, suhu telah menembus di atas 100 derajat. Di Sydney suhu mencapai 113 derajat, sementara Canberra mencatat suhu 111,2 derajat. Menteri utama telah menyebut angka tersebut sebagai rekor. 

Kebakaran telah menyebabkan banyak wilayah terisolasi. Jalan-jalan utama dan alternatif sudah tak bisa dilalui. Di Australia Selatan, dua orang tewas di Kangaroo Island, tempat liburan populer yang tak jauh dari pantai. 

Di Victoria, enam warga masih belum ditemukan. Jumlah tersebut berkurang. Karena sebelumnya terdapat 28 orang yang dilaporkan hilang. 

Fokus otoritas Australia saat ini adalah mencegah lebih banyak korban jiwa akibat kebakaran. Taman-taman nasional telah ditutup dan masyarakat didesak mengevakuasi diri dari titik-titik rawan serta berisiko. 

Terutama mereka yang tinggal di New South Wales dan wilayah timur laut Victoria. Kedua wilayah tersebut sebenarnya merupakan destinasi wisata favorit di puncak liburan sekolah musim panas Australia. 

Lebih dari 13 juta hektare tanah tercatat telah terbakar selama musim kebakaran di Australia. 

sumber : Reuters

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement